Andai kesusahan adalah hujan dan kesenangan adalah matahari, maka kita butuh keduanya untuk bisa melihat pelangi.

Kamis, 07 Juli 2011

Tentang Derajat Kesahihan Beberapa Hadits


Saya ingin menanyakan derajat kesahihan beberapa hadits yang sangat populer dan sering dibawakan oleh para mubaligh kita dalam ceramah-ceramah mereka. Hadits-hadits itu adalah, "Perbedaan pendapat di kalangan umatku adalah rahmat" (Ikhtilaaf ummati rahmah) dan "Tuntutlah ilmu, walau ke negeri Cina" (Uthlub al-'ilm walaw bi ashshiin). Dalam majalah azh-Zhaahirah al-Islaamiyyah yang diterbitkan oleh pendiri al-Irsyad, Syaikh Ahmad as-Surkati, disebutkan bahwa hadits-hadits itu tidak mempunyai dasar (laa ashla lahu).
-H. Machasin, Jakarta Timur


Terlebih dahulu perlu dijelaskan bahwa para ulama dapat berbeda dalam menilai kesahihan sebuah riwayat, antara lain, diakibatkan oleh kaya-tidaknya informasi mereka tentang perawi atau ketat-tidaknya dalam menilai dan kadar serta cara pemahaman mereka atas kandungan hadits. Di sisi lain, sebuah hadits yang dinilai dhaif sekalipun oleh banyak ulama masih dapat ditoleransi untuk diamalkan bila berkaitan dengan apa yang mereka sebut fadhaa'il al-a'maal dalam arti dorongan untuk mengamalkan hal-hal yang positif dan mempunyai dasar hukum, meskipun bersifat umum. Hadits"Perbedaan pendapat di kalangan umatku adalah rahmat" (Ikhtilaaf ummatii rahmah) merupakan ungkapan yang tidak dikenal para perawinya. Karena itu, para ulama menilainya sebagai riwayat tidak memiliki dasar (laa ashla lahu). Para pakar hadits telah bersusah payah menemukan rangkaian sanda atau perawinya, tetapi mereka gagal. Demikian tulis pakar hadits, Nashiruddin al-Albani. Imam an-Nawawi mengemukakan pendapat as-Subki yang menyatakan, "Saya tidak menemukan sanadnya, baik yang sahih, lemah (dha'if), atau palsu (mawdhuu')." as-Suyuthi, ulama hadits lainnya, berprasangka baik dengan mengatakan, "Boleh jadi rangkaian sanadnya ada dalam kitab-kitab ulama, tetapi kitab-kitab itu tidak sampai kepada kita." Ada yang menilai makna hadits ini sangat buruk. Sebab, tulis Ibn Hazm dalam kitabnya al-Ihkaam, "Jika perbedaan adalah rahmat, maka kesepakatan, tentu saja, menjadi kemurkaan." Ulama lain yang menggunakan ungkapan itu, meski bukan sebagai hadits, menyatakan bahwa perbedaan yang dimaksudkan di sini adalah dalam masalah hukum. Perbedaan ini dapat menjadi rahmat karena -dengan demikian- umat memeroleh beberapa alternatif pengamalan. Betapapun juga, hadits "Perbedaan pendapat di kalangan umatku adalah rahmat" (Ikhtilaaf ummatii rahmah) disepakati oleh para ulama sebagai ungkapan yang tidak sah dinisbahkan kepada Nabi SAW. Adapun hatis "Tuntutlah ilmu, walau ke negeri China" (Uthlub al-'ilm walaw bi ash-shiin) diriwayatkan, antara lain, oleh Ibnu 'Adi, Abu Nu'aym dalam kitabnya Akhbaar Ashfhaan, Abu al-Qasim al-Qusyayri dalam kitabnya al-Arba'iin, dan sebagainya melalui Hasan bin 'Athiyyah dari Abu 'Atikah. Semua pengarang kitab di atas meriwayatkan lanjutan kalimat dari hadits itu, "Karena sesungguhnya menuntut ilmu adalah kewajiban setiap Muslim." Setelah menuliskan hadits di atas, Ibnu 'Adi mengomentari kalimat "Walau ke negeri China" (Walaw bi ash-shiin) sebagai berikut: "Saya tidak mengetahui ada yang meriwayatkan hadits ini, kecuali melalu Hasan bin 'Athiyyah," padahal yang bersangkutan dinilai sebagai seorang yang lemah oleh beberapa ulama. Penilai lain melihat kelemahan hadits ini pada perawi Abu 'Atikah, yang disepakati sebagai lemah dan bahkan sangat lemah. Imam Bukhari menilainya sebagai orang yang ditolak haditsnya (munkar al-hadits). Imam Ahmad menolaknya secara keras, dan Imam an-Nasa'i menilainya sebagai seorang yang tidak terpercaya (tsiqah). Dengan demikian, apa yang Anda baca sesuai dengan penilaian banyak ulama. Wallahu a'alam.


Disadur dari buku:
M. Quraish Shihab Menjawab...
1001 Soal Keislaman Yang Patut Anda Ketahui



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selemah-lemah manusia ialah orang yang tak mau mencari sahabat, dan orang yang lebih lemah dari itu ialah orang yang menyia-nyiakan sahabat yang telah dicari. -Imam Ali bin Abi Thalib
My Great Web page