Andai kesusahan adalah hujan dan kesenangan adalah matahari, maka kita butuh keduanya untuk bisa melihat pelangi.

Senin, 16 Mei 2011

Semua Ada Waktu, Semua Ada Akhirnya / HdL-04

Sebagaimana malam yang segera akan berakhir dan berganti dengan pagi. Segala sesuatu juga ada akhirnya. Termasuk segala permasalahan yang kita hadapi. Ia ada ujungnya. Amal saleh kitalah yang mempercepat perjalanan itu.

Ada kisah seorang ibu muda. Sebut saja T. Beliau memproses perceraiannya sejak tahun 2001. Gak selesai-selesai. Alih-alih berharap bisa bercerai cepat supaya bisa memulai hidup baru, eh malah beberapa ujian kehidupan muncul. Ibunya menyuruhnya bersabar. "Semua ada waktunya", begitu nasihat ibunya.

Setelah sekian tahun, ia diberitahu ibunya agar bersedekah dengan apa yang ia punya. Sedekah yang besar. Bersedekahlah ia.

Dua tahunan terakhir, ia perbaiki hidupnya. Bila sebelumnya ia belum berjilbab, ia lalu berjilbab dan memperbanyak taubat. Ia usahakan sering mendatangi pengajian. Kegiatan-kegiatan sosial ia ikuti. Ia lupakan persoalan perceraiannya. Ia segarkan hidupnya dengan Karunia Allah yang lain. Dan memang, banyak manusia yang gara-gara secuplik drama kehidupannya yang tidak enak, lantas kemudian membuat matanya tertutup dari Karunia Allah yang sesungguhnya masih teramat besar. Kesusahan hidup, ga sebanding dengan Karunia Allah berupa "hidup" itu sendiri.

Dan akhirnya waktu yang ia tunggu, tiba. 2 tahun sejak ia bersedekah sesuatu yang besar, ia mendapatkan keputusan cerai. Sepertinya tiba-tiba, dan berproses dengan sangat mudah. Beda sekali dengan waktu-waktu sebelumnya.

Yang luar biasa, mantan suaminya ini memberinya uang yang sangat besar. Ia mengaku tersentuh dengan ketabahan mantan istrinya, dan ia meminta maaf tidak bisa mengurus anaknya. Sebagai kompensasinya, suaminya ini memberi uang nyaris 1 milyar dari hasil tabungannya pasca bercerai. Bukan harta gono gini. Mantan suaminya hanya minta diikhlaskan segala kesalahannya. Yang membuat ibu T ini agak berdebar dengan cara kerja Allah, mantan suaminya ini bercerita, tabungan yang nyaris 1 milyar tersebut adalah tabungan 2 tahun terakhir. Masya Allah, suaminya ini "bekerja" sebab diatur Allah. Yang mana hasil kerjaannya itu adalah buah sabar dan sedekahnya.

Dalam satu kesempatan, si ibu T ini bercerita, barangkali kalau dulu Allah mengabulkan kehendaknya, maka ia mendapatkan hak cerai, tapi tidak mendapatkan uang 1 milyar. Hari gini, uang 1 juta saja besar sekali, apalagi 1 milyar.

Saya mengatakan, ya, itulah buah dari dukungan ibunya, buah dari kesabarannya dan hasil kemudahan dan berkah dari sedekahnya… Dan benarlah juga keyakinan orang-orang tua dulu, kalau udah waktunya, ya waktunya. Sebagaimana orang-orang tua yang mengajarkan, kalau udah rizkinya, ya rizkinya.

Kadang saya berpikir ya, andai kita tidak melakukan banyak hal, asal kita perbaiki saja hidup kita, cara kita hidup, dan memaknai ulang hidup kita untuk lebih lagi beribadah kepada Allah dan bermanfaat untuk sesama, rasanya hidup kita akan benar dengan sendirinya. Keinginan kita juga akan terjawab dengan sendirinya. Dan masalah akan selesai dengan sendirinya.

Tapi ya setelah dipikir-pikir lagi, engga juga disebut "tidak melakukan apa-apa" bagi mereka yang memperbaiki dirinya. Karena itulah ikhtiarnya. Sama dengan ketika saya menyebut ikhtiar bagi mereka yang bermasalah adalah taubat dan memperbanyak amal saleh. Ada kemudian yang protes, harus tetap ada ikhtiarnya. Saya menyebut, sudahlah, ikhtiarnya ya itu: taubat dan amal saleh (memperbaiki shalat, menambah shalat-shalat sunnah, membaca al Qur'an, sedekah, dll). Sebab nyatanya, tidak gampang loh untuk bisa bertaubat dan beramal saleh. Kalaulah Allah tidak memudahkan jalan, maka jalan menuju pertaubatan dan amal saleh tidak akan mudah jalannya.

Belajar dari kasus perceraian berkahnya Ibu T di atas, apa kira-kira yang bisa dipetik oleh Para Peserta KuliahOnline? Ketika ceramah esai ini saya sampaikan langsung, ada yang bertanya, apakah bisa selesai dalam 2 tahun juga apabila Ibu T ini tidak melakukan sesuatu? Lalu yang bertanya ini menjawab sendiri, kayaknya engga ya? Barangkali sedekahnya itu yang mempercepat. Yang lainnya menjawab, keikhlasannya yang mempercepat. Sebab sebelumnya ia tidak ikhlas menerima perceraian itu. Dan yang lainnya itu menjawab, doa ibunya yang juga turut membantu percepatan perceraiannya dan kemudian juga mendapatkan berkah uang 1 milyar.

"Perjalanan waktu" bisa dipercepat atau menjadi lambat, salah satunya adalah karena keyakinan kita sendiri kepada Allah, dan amal keseharian kita. Hakikatnya, kalau kita selalu merasa ditemani Allah, maka sesungguhnya tidak akan pernah ada masalah buat kita. Bukankah yang kita cari di dunia ini adalah kedekatan diri dengan Allah? Kalaulah kita harus mendekatkan diri kita melalui pintu masalah, rasanya itulah berkah buat kita.

***

Tidak ada yang datang kepada Allah,
kecuali Allah pun datang kepadanya.

Ada yang berharap ketika ia datang kepada Allah, maka Allah betul-betul datang kepadanya. Datang dengan segenap pertolongan dan kebaikan Allah. Dan Allah pasti datang. Tapi memang Kehendak-Nya, bukan kehendak kita. Kita hanya bisa memohon, bukan memaksa. Kita hanya bisa meminta, bukan mengatur.

Selain Ibu T di atas, adalah Zaidi. Ia bercerita, ia tidak "nyampe-nyampe". Ia mendekati Allah dengan harapan dan doa agar Allah mau membayarkan hutangnya. Segala riyadhah ia tempuh. Namun serasa tumpul benar. Maksudnya, hutangnya tetap ga kebayar-bayar. Sama saja seperti dengan tidak datang kepada Allah. Malah datang ujian-ujian baru kepadanya setelah sekian bulan mendisiplinkan riyadhah. Seakan-akan membenarkan pandangan bahwa kalau mendekatkan diri kepada Allah, ujiannya akan banyak.
Zaidi bertanya seperti yang lain bertanya: Koq mengapa tanda-tanda bisa kebayar hutang belum muncul juga? Koq ujian hidup bertambah berat? Koq Allah kayak mengabaikan dia?

Saya menyodorkan beberapa jawaban.

Pertama, Allah sedang berkenan menyegerakan segala akibat buruk, dengan jumlah takaran yang sebenernya sudah dikurangi jauh dari yang semestinya diterima. Biar bagaimana, akibat buruk harus diterima. Inilah keadilan-Nya. Jika tidak mau akibat buruk diterima setara dengan keburukan yang harus diterima, maka bertaubat adalah jawabannya. Taubat yang sempurna. Yang serius. Juga amal salehnya harus hebat. Kalau tidak setara, tetap harus ada yang dibayar.

Yang begini ini, kurang disadari oleh seseorang. Katakanlah ia pernah berzina. Sedang berzina itu "kontrak susahnya" harus 40 tahun. Atau malah katakanlah ia berzina dalam keadaan ia menjadi suami atau istri dari seseorang. Hukumannya bagi yang berzina dan ia dalam keadaan menikah, adalah hukuman mati. Bayangkan jika sebenernya Allah masih kasih ia kehidupan. Andai pun sepanjang hidup ia pakai untuk pertaubatan, dan penderitaannya ia terima sebagai satu kepatutan yang menggugurkan dosanya, adalah wajar juga kayaknya. Dan itulah Allah. Allah Maha Pengasih Maha Penyayang. Ia hukum hamba-Nya dengan memperhatikan segala kebaikan diri orang itu dan diri orang-orang di sekeliling orang itu. Ada yang Allah ringankan sebab ia punya anak yatim. Ada yang diringankan sebab ia pernah membantu seseorang. Ada yang diringankan sebab istrinya mendoakan tanpa henti. Ada yang diringankan sebab orang tuanya senantiasa memanjatkan doa untuknya. Ada yang diringankan sebab anaknya sedang menuntut ilmu. Dan banyak lagi pertimbangan Allah yang tidak kita mengerti kecuali hanya dengan jalan husnudzdzan kepada-Nya. Baik sangka kepada-Nya.

Maka jawaban yang berikutnya dari pertanyaan Zaidi di atas adalah justru seputar dosanya sendiri. Bagaimana dosanya dia sebelum akhirnya kemudian berjalan menuju Allah, menuju pertolongan-Nya? Tanyakan dengan jujur. Bila memang dosanya banyak sekali, ya wajar saja kan? Ibarat tagihan dari amal keburukan, amal-amal kebaikan kayaknya buat bayar dulu keburukan-keburukan yang ia lakukan selama itu.

Bisa juga dikaitkan bahwa Allah Maha Tahu. Nikmatin saja dulu "kedekatan" diri dengan Allah, dan pembiasaan ibadah tersebut. Jangan-jangan, kalau Allah mempercepat ia selesai dari masalah, malah nanti ga bisa istiqamah lagi ibadahnya. Keburu sibuk lagi, dan keburu lupa lagi. Akhirnya, malah bermasalah lagi.

Anggap saja, ibadah dan disiplin ibadahnya ini sebagai latihan keistiqamahan. Apabila nanti hutangnya sudah terbayar, atau ia sudah kembali menjadi pengusaha yang sakses, ia bisa tetap memelihara dhuhanya, bisa memelihara sunnah-sunnah qabliyah ba'diyahnya, bisa memelihara seluruh amalan-amalan wajibnya. Hingga ia bisa menempatkan Allah jauh di atas dunia yang ia cari, yang ia kumpulkan. Ini kan jadi semacam Training-Camp buat dia.

Belum lagi soal bala, soal keburukan, dan soal kematian, andai ini bisa dijadikan jawaban yang ketiga. Maksudnya, harusnya ia keluar dari masalahnya, hidup enak dan bahagia dengan amal-amal salehnya. Namun, ia berumur pendek, dan ada bala yang lebih besar yang bakalan datang. Lalu dua hal ini dihapuskan oleh Allah. Bila menyadari hal ini, tambahin saja lagi load kebaikannya. Jangan ragu menambah vomue ibadah. Makin kenceng ujiannya, makin kenceng ibadahnya. Makin keras angin masalah yang menerpanya, makin sungguh-sungguh ibadahnya. Jangan justru malah surut.

Jawaban yang ke-empat, ada derajat yang lebih tinggi yang Allah siapkan untuk dirinya. Ya, banyak yang lebih naik kehidupannya setelah kesusahan demi kesusahan ia alami. Ada lebih banyak karunia Allah yang bakal diterima setelah kesulitan hidup yang dihadapinya. Saya pribadi menyadari bahwa sungguh, ada karunia Allah yang teramat besar di balik segala rupa kesulitan dan permasalahan hidup yang dihadapi. Pada permulaannya, ia hanya butuh keikhlasan menerima hidup ini apa adanya, memperbanyak syukur, berpikir positif, dan kemudian menumbuhkan iman dan memperbanyak amal saleh.

Dunia, bila terlalu dikejar, juga tidak akan mampu memberikan apa-apa. Dan lagian, setiap perjalanan, termasuk perjalanan mencari solusi, pasti ada akhirnya. Insya Allah jawaban akan Allah berikan. Baru saja beberapa bulan kan? Belum beberapa tahun? Atau katakanlah, baru beberapa tahun. Belum bertahun-tahun. Sedang kalau kita ingat dosa kita, sudah berapa tahun kita kerjakan? Jangan-jangan sepanjang kita hidup, mulai dari akil baligh sampe sekarang ini, hidup kita banyak bener dosanya. Belum sebanding sama amalan ibadah kita.

Percayalah, setiap perjalanan ada akhirnya. Hanya karena bebannya berat saja, perjalanan kita cenderung seperti lambat. Tapi, lambat pun, tetap berjalan. Sesungguhnya tidak diam di tempat. Asal kita terus berjalan. Tidak berhenti.

Sekali lagi, kejar saja perjalanan waktu dengan amal saleh, dan tetap husnudzdzan kepada Allah. Tetap positif kepada Allah.

Sampe ketemu di esai perkuliahan tauhid berikutnya. Kepada Allah juga kita memohon agar Allah bukakan terus mata hati kita tentang Kebesaran dan Kekuasaan-Nya. Baarakawlaahu lanaa. Amin.

Materi kuliah ini didownload dari : www.kuliahonline.wisatahati.com


Baca selengkapnya >>

Jumat, 06 Mei 2011

Menghitung Diri



Sahabat-sahabat sekalian...

Allah-lah yang menggetarkan udara disekitar kita sehingga terasa sejuk dan hangat. Tiada tuhan selain Dia. Tiada satu celahpun yang tidak diurus oleh Allah. Diri kitapun milik Allah. Kita tak kuasa menahan umur ini walaupun satu detik. Setiap saat kita terus mendekati liang lahat, sayang kita terhijab sehingga Asma Allah sedikitpun tidak bisa membuat hati kita tergetar. Hati kita sudah mengeras.. membatu. Kepada dosa kita anggap biasa-biasa saja, kepada kebenaran kita semakin menjauh padahal kita pasti akan mati.

Astaghfirullahal 'adzhiim...

Apa saja yang kita lihat selama ini. Silahkan istighfar sambil kita kenang pengkhianatan yang telah kita lakukan pada Allah dengan mata titipannya ini. Istighfarlah. Allah tahu setiap lirikan mata kita dan Allah tahu setiap niat yang terkandung dari lirikan mata titipannya ini. Siapapun yang sering melihat yang diharamkan Allah, istighfar.. Yang jarang membaca Al qur'an, istighfar.. Yang matanya sering sinis melihat keberhasilan orang lain, istighfar.. Yang sering meremehkan orang lain dengan pandangannya, istighfar..

Astaghfirullahal 'adzhiim...
Astaghfirullahal 'adzhiim...
Astaghfirullahal 'adzhiim...

Mari kita ingat dosa telinga kita. Silahkan istighfar sambil kita kenang pengkhianatan yang telah kita lakukan pada Allah dengan telinga titipannya ini. Istighfarlah. Siapa yang nikmat mendengar aib orang lain, silahkan istighfar.. Telinga ini adalah milik Allah, sangat mudah bagi Allah membuat dunia ini jadi sepi, apa sulitnya bagi Allah mengambil telinga ini. Andai kata telinga kita diambil maka tiada lagi terdengar suara saudara-saudara kita, suara ayat-ayat Qur'an, suara adzan. Mari kita mohon ampun terhadap telinga titipannya ini.

Astaghfirullahal 'adzhiim...
Astaghfirullahal 'adzhiim...
Astaghfirullahal 'adzhiim...

Mari kita ingat dosa lisan kita. Siapa yang suka berkata dusta, istighfar.. Siapa yang suka mengada-ada, istighfar.. Siapa yang sering mengingkari janji, istighfar.. Ingatlah wahai sahabatku sebagian besar penghuni neraka adalah karena lidahnya. Ingatlah siapa saja yang telah tercabik-cabik hatinya dengan kata-kata kita. Terutama yang pernah menzholimi orang tua-nya dengan lisannya. Yang pernah menzholimi orang-orang lemah dengan lisannya, apalagi yang senantiasa marah. Istighfar.. Berapa banyak orang yang tercabik-cabik hatinya karena lisan kita. Berapa banyak orang miskin yang pernah kita hina. Istighfar.. Ribuan kata yang terucap tiap hari, berapa kali kita menyebut asma Allah dengan ikhlas, istighfar..

Astaghfirullahal 'adzhiim...
Astaghfirullahal 'adzhiim...
Astaghfirullahal 'adzhiim...

Siapa yang pernah makan makanan yang haram, istighfar.. Marilah kita kenang kebusukan hati kita, istighfar.. Siapa yang tidak pernah tergetar mendengar asma Allah, istighfar.. Hati yang keras membatu dan tidak punya perasaan karena diselimuti ma'siat, istighfar..

Hai... Bersedihlah orang-orang yang berhati keras dan tidak mempunyai hati yang lembut. Tahukan saudara-saudaraku? Bahan bakar neraka adalah batu.. yaitu hati yang mengeras bagai batu. Siapa yang hatinya penuh dengan kebencian, istighfar.. Berapa banyak kaum muslimin yang kita benci. Yang tidak rela melihat orang lain dapat nikmat. Yang selalu berfikir buruk sangka, istighfar.. Yang hatinya selalu dipenuhi dengan iri dan senang melihat kejatuhan orang lain, istighfar.. Tidak tahan melihat orang lain sukses atau gembira.

Astaghfirullahal 'adzhiim...
Astaghfirullahal 'adzhiim...
Astaghfirullahal 'adzhiim...

Yang pernah durhakan pada orang tua, istighfar..

SUBHANALLAH, WALHAMDULILLAH WA 'ALAA ILAAHA ILLALLAHHU ALLAHU AKBAR
LAA ILAAHA ILLA ANTA SUBHAANAKA INNI KUNTU MINADHOLIMIIN
HASBUNALLAH WANI'MAL WAKIIL.. NI'MAL MAULA WA NI' MANNASHIIR

Hari-hari yang kami lalui begitu memalukan ya Allah... Seperti makhluk dungu yang tidak mengerti aturan. Sesudah taubat kami lakukan dosa lagi, kami lakukan lagi, dan kembali kami lakukan. Tolonglah kami ya Allah, bukakan pintu hati kami ya Allah. Agar dapat mengenal segala kebusukan dan aib-aib diri serta
tuntun kami kepada taubat nasuha.

Hai saudara-saudaraku…

Ingatlah satu desah nafas adalah satu langkah menuju kubur kita, semakin hari hidup kita semakin dekat dengan kematian. Kita pasti meninggalkan semua yang kita cintai selama ini. Ingatlah bahwa ajal dapat menjemput kita kapan saja; mungkin saat kita berjalan, saat kita bekerja ataupun saat kita berma'siyat. Istighfar.. Matian-matian kita mencintai dunia ini pastilah kita akan meninggalkannya. Apapun yang kita lakukan selama ini harus dipertanggungjawabkan pada Allah, tidak ada sedikitpun yang kita lakukan kecuali kembali pada diri kita sendiri. Allah melihat persis apa yang kita lakukan, tidak ada yang tersembunyi. Allah tahu ma'siat yang kita lakukan, tidak ada yang luput Allah tahu dibalik semua perilaku kita. Andaikata ajal menjemput kita saat ini.. siapkah kita? Ingatlah bahwa sakaratul maut adalah saat yang paling pahit. Kita sering melihat bagaimana binatang kurban yang tiada berdosa, Allah memperlihatkan pada kita repotnya saat nyawa dicabut, mata terbelalak, lidah terjulur, badan menggelepar. Walaupun orang meninggal tampak tenang namun sesunggunya pahit. Kecuali bagi orang-orang yang merindukan Allah. Andai kata kita sudah mati tidak ada yang bisa menolong kita Harta yang kita kumpulkan mati-matian yang membuat kita pusing sehari-hari tidak dapat kita bawa, hanya secarik kain kafan yang dibalutkan ke tubuh kita. Bayangkan saat tubuh kita sudah kaku, wajah sudah membeku dan dibungkus kain kafan, bersyukurlah kalau kita masih ada yang mengurus. Bersyukurlah kalau nanti kita ada yang menyolatkan. Istri dan anak-anak kita serta saudara menangis disekitar kita, kemudian kita akan diusung ke tempat kita yang baru yaitu liang lahat, kita akan dimasukkan ke dalamnya. Beruntunglah jika tubuh kita bisa dihadapkan ke kiblat, banyak yang menyebutkan beberapa orang tidak bisa dihadapkan ke arah kiblat, mereka selalu berbalik lagi bahkan ada yang melenting! Ini adalah benar saudaraku... Mungkin liang lahat tahu mahluk durjana yang akan menghuninya. Papan akan ditutupkan disekitar kita, pelan-pelan orang-orang yang kita cintai menaburkan tanah, sehingga semakin gelap.. sendiri, tanah semakin penuh.. semakin jauh. Inilah pertemuan terakhir dengan mereka, tinggallah kita sendiri di liang lahat. Mereka semua akan pulang, belatung dan cacing sudah mulai mengunyah tubuh kita, mata, telinga, wajah dan tulang kita, perut mulai membusuk, serangga-serangga tanah berkeliaran di mata, mulut kita. Tapi yang paling menjadi masalah adalah ketika datang malaikat kubur.

Mungkin malaikat akan berkata, "Wahai mahluk malang berapa tahun kau hidup di dunia betapa seringnya engkau menghianati Tuhanmu yang selalu menjamumu, berapa banyak engkau mensia-siakan nikmat Allah dan kau balas dengan pengkhianatan."

Mungkin pada saat itulah dinding-dinding kubur akan menghimpit orang-orang yang durjana. Sepertinya sholat kita akan membela tapi sholat kita terlalu lemah karena tidak pernah khusu'. Sepertinya sedekah kita akan membela tapi sedekah kita terlalu lemah karena kita terlampau kikir. Sepertinya shaum kita akan membela tapi shaum kita terlalu lemah karena hanya perut saja yang puasa. Sepertinya haji kita akan membela tapi haji kita adalah haji mardud (tertolak) karena niat yang tidak benar.

Tinggallah kita melolong-lolong, paling-paling kita hanya menunggu do'a anak kita, tapi bagaimana mereka bisa berdo'a sedangkan kita tidak pernah mengajarkan mengenal Allah dengan baik. Tahukah kita bahwa siksa kubur akan berhenti jika anak-anak kita berdo'a, "RABBIGHFIRLI WALIWALIDAYA WARHAMHUMA KAMAA RABBAYAANI SHAGHIRA." Do'a tersebut bagai cahaya terang benderang akan masuk ke alam kubur orang tua kita. Malang bagi orang tua yang tidak bisa mendidik anaknya dengan baik, mereka lebih tertarik pada warisan daripada mendo'akan oran tuanya. Ingatlah bahwa siksa kubur akan terjadi sampai hari kiamat.

Berbahagialah bagi orang yang punya bekal cukup, kubur akan menjadi suatu kenikmatan baginya. Sedekahnya, wakafnya akan mengalirkan pahala-pahala. Orang-orang lemah yang dia tolong, ilmu yang diajarkan senantiasa menerangi kuburnya.

Wahai saudaraku, mengapa kita masih menganggap bahwa kematian adalah untuk orang lain padahal kita pasti mati! Kita akan mempertanggung jawabkan setiap barang-barang yang kita beli.

Ya Allah engkaulah yang tahu, kapan ajal akan menjemput kami. Rabb yang Maha Mendengar, engkau tahu persis kapan ajal akan menjemput kami, kain kafan mana yang akan kami pakai serta liang lahat mana yang akan kami huni. Ya Allah ijinkanlah kami memanfaatkan sisa umur kami dengan benar, ampunilah kami jika selama ini kami menghianatimu seakan-akan engkau tidak ada, engkau tahu kami jarang berdo'a kepadamu dengan tulus, hanya pada waktu susah saja kami kadang-kadang ingat, padahal tidak satu saatpun engkau tidak mengurus kami. Rabb jadikanlah tiap detik ini menjadi bekal amal kami. Rabb wafatkan kami khusnul khotimah yaa kariim. Ijinkanlah lisan ini menyebut namamu jika ajal menjemput kami. Jadikanlah harta yang engkau titipkan ini benar-benar menjadi cahaya dalam kubur kami. Jadikanlah sholat-sholat kami menjadi pendamping kami. Jadikanlah amal-amal kami benar-benar menjadi amal sholeh. Rabb lindungilah kami dari mati su'ul khotimah ya Allah.

Hai Saudara-saudaraku...

Sesungguhnya orang tua kita juga akan wafat. Bagi yang sudah wafat do'akanlah, karena beliau pasti menantikan
doa kita. Bagi yang masih ada ingatlah bahwa setiap saat kita bisa berpisah, jika ajal sudah menjemputnya kita sudah tidak bisa mencium tangannya atau memberikan sekedar oleh-oleh untuknya. Kalau kain kafan sudah membungkus tubuhnya kita sudah tidak bisa lagi meminta do'anya. Apakah sisa pertemuan ini harus kita sia-siakan dengan saling
menyakiti.

Rabb ampunkanlah segala kezhaliman kami terhadap orang tua kami. Ya Allah, tuntunlah kami menjadi anak yang shalih dan shalihah. Ya Allah, jadikanlah malam ini menjadi malam yang kau ijabahi setiap do'a kami. Kau tahu segala kesulitan kami, harapan kami dan kau tahu segala yang terbaik bagi kami. Kami mohon kepadamu Ya Rabb, jangan sia-siakan yang kau bangunkan pada malam ini, kami berbuat seperti ini juga karena pertolonganmu yang telah memberi kekuatan pada kami. Ya Allah, kabulkanlah do'a kami...

Silahkan berdo'a masing-masing. Minta apa saja. Allah sedang mendengarkan kita.

Ijabah ya Allah..

AMIN YA ALLAH... AMIN YA ALLAH... YA ARHAMMARRAHIMIIN...
YA GHAFUURR RAHIIM... ALLAH... ALLAH... ALLAH... IJABAH YA ALLAH DO'A KAMI

Rabb.. kepada siapa lagi kami meminta selain kepadamu ya Allah... Senista dan sebusuk apapun kami ya Allah, kami adalah makhlukmu ya Rabb. Ya Allah inilah si lemah yang tiada arti memohon kepadamu yang Maha Gagah. Inilah si dungu yang sombong memohon kepadamu yang Maha Tahu. Inilah orang yang tidak pernah ikhlas memohon kepadamu yang Maha Tulus. Rabb berikan kelapangan bagi yang sedang ditimpa kesulitan. Rabb lindungi yang selalu teraniaya dan terancam ya Allah. Rabb tolong saudara-saudara kami yang sedang menuntut ilmu, cerdaskan akal pikirannya, berikan kemudahan untuk mengerti. Rabb berikan nafkah yang halal bagi kami. Rabb sembuhkan yang kau uji dengan penyakit lahir maupun bathin. Ya Allah jadikanlah kami ahli sholat yang khusu'. Karuniakanlah kepada kami nikmatnya baca al-Qur'an. Ya Allah karuniakanlah kepada kami ahli shoum. Ya Allah karuniakanlah kepada kami ahli tahajjud. Ya Allah karuniakanlah kepada kami ahli shadaqah yang ikhlas. Ya Allah muliakanlah akhlak kami. Karuniakanlah kepada kami hati yang ikhlas. Karuniakanlah kepada kami menjadi orang yang istiqamah. Rabb jangan biarkan kami zhalim pada hamba-hamba-Mu. Lembutkanlah hati kami yang keras ya Allah.. Sejukkanlah hati kami yang kering. Ampuni Kami yang berlumur dosa ya Allah. Ampuni kekikiran kami ya Allah, kesombongan kami, kedustaan, lirikan mata ma'siat, kezhaliman dari tubuh ini, kedholiman terhadap orang tua ataupun pada hamba-hambamu yang lemah. Jadikanlah sisa umur kami bermanfaat ya Allah. Tebalkan iman kami. Jangan biarkan kami terikat pada dunia. Jangan biarkan kami diperbudak hawa nafsu. Jadikan kami menjadi orang-orang yang selalu tergetar berdzikir kepada-Mu dan merasakan nikmat ta'at kepada-Mu.

RABBANAA AATINA FIDDUNYA HASANAH WAFIL AKHIRATII HASANAH WAQINAA ADZAABANNAAR...
Laa hawla walaa quwwata illaa billaahil 'aliyyil 'adzhim, washallallaahu 'alaa sayyidinaa Muhammadin wa 'alaa aalihi wa shohbihii ajma'iin, walhamdulillaahi robbil 'aalamiin.

Yth, pembaca sekalian, ini adalah isi dari kaset tape "MUHASABAH 2 -KH. Abdullah Gymnastiar" yg telah dituangkan dalam tulisan. Saya mohon muhasabah dan munajat "Menghitung Diri" ini untuk disebar/diteruskan lagi baik via email, komunitas facebook, posting blog, dan lain sebagainya. Terima kasih, dan semoga bermanfaat.
-Hadi Fadhlurrahman
Baca selengkapnya >>

Senin, 02 Mei 2011

Amal Tabungan / HdL-03


Bagi yang cepat dikabulkannya, barangkali sebab ia sudah punya duluan amal tabungannya, hingga kemudian Allah menganggapnya cukup amal untuk hajat yang diinginkannya.

Peserta KuliahOnline yang dirahmati Allah. 3 esai sudah Saudara-saudara semua pelajari. Ada yang barangkali berkernyit, "Koq belajarnya se-emprit se-emprit, sedikit sedikit?". Ada yang merasa sedang diburu waktu, lalu karenanya dia memilih materi Kuliah Terapan Sedekah. Dan karena pintu materi itu masih ditutup kecuali menyelesaikan Kuliah Tauhid ini dulu, mereka tidak bisa mengakses dulu Kuliah Terapan tersebut. Ada yang enjoy saja dengan cara penyajian yang seperti ini. Ga masalah. "Memang belajar itu mesti pelan-pelan", begitu kata sebagian yang setuju.

Lepas dari itu semua, saya meyakinkan diri saya, kawan-kawan Pengelola KuliahOnline, dan peserta semua, bahwasanya sungguh, jika Kuliah Tauhid ini saja diikuti, diresapi, dan dijalankan pelan-pelan, insya Allah Kuliah Tauhid ini sudah lebih dari cukup. 

Insya Allah sedang dalam proses editing audio penyerta yang berjudul: "Kenapa Harus Khawatir Padahal Ada Allah? Audio tausiyah pencerahan ini merupakan rekaman ketika saya berceramah di perusahaan Toshiba - Tambun. Saat itu ada satu unitnya yang mau ditutup, dan adik saya ada di sana. Bahagian dari salah satu karyawan yang menghadapi kemungkinan PHK. 

Karyawan-karyawannya gelisah. Lalu mereka dikumpulkan serikat pekerjanya, dikumpulkan kawan-kawan Rohis nya, untuk diadakan semacam pencerahan agar tidak gelisah, tidak khawatir dan tidak takut. Dan sebaliknya, bersemangat untuk berdoa agar Allah memberikan Petunjuk-Nya dan Pertolongan-Nya.

Alhamdulillah, saat itu saya datang. Saya memberi materi Kuliah Tauhid. kuliah Iman. Saya yakinkan diri mereka semua, bahwa rizki itu bukan di tangan manusia. Bukan sebab mereka bekerja. Bukan sebab perusahaan itu beroperasi. Tapi lebih karena Allah mengizinkan semua itu terjadi. Bagi mereka yang sudah percaya bahwa Allah yang ada di balik semua kejadian, gampang. Tinggal datang kepada Allah, mengaku salah atas setiap perbuatan yang mengakibatkan ada nikmat-nikmat-Nya yang ditarik-Nya kembali, dan memohon ampun seraya berharap ada Keajaiban Allah dalam kehidupannya. File audio tersebut saya sertakan untuk Saudara-saudara semua. Mudah-mudahan selesai dalam 2-3 hari ke depan.

Ketika nanti saudara-saudara mendengar audio tausiyah yang berjudul: "Kenapa Harus Khawatir Padahal Ada Allah?", Saudara akan mendengar pembahasan Kuliah Tauhid, Kuliah Iman. Saya berdoa semoga kita semua menjadi yakin bahwa HANYA ALLAH YANG MENGATUR SEGALA-GALANYA dan DIA BEGITU KUASA UNTUK MENGATUR YANG TERBAIK UNTUK SEGALA URUSAN KITA.

***

Para Peserta KuliahOnline yang berbahagia. Sesuai dengan janji dari ujung esai yang sebelumnya, bahwa kita akan membahas sedikit dari lanjutan kisahnya Ibu Yuyun. Yang lupa bagaimana kisahnya, lihat lagi ya kisah Bu Yuyun tersebut. Bahwa ia dalam satu malam bisa mendapatkan solusi bagi putranya yang mau masuk ke perguruan tinggi.

Buat saya, menarik sekali membahasa kisah tersebut. Kalau cerita itu saya penggal hanya di hari itu, maka kesannya memang adalah doanya Bu Yuyun DIKABUL ALLAH DALAM SEHARI SEMALAM.

Ya, sorenya Bu Yuyun menerima khabar bahwa anaknya lulus. Lalu malamnya bangun malam bersama anaknya. Kemudian besoknya Allah menurunkan pertolongan lewat seorang paman yang menanggung biaya anaknya Bu Yuyun yang tidak lain adalah ponakannya.

Terlihat sangat Kun Fayakuun ya? Satu malam jadi. Satu malam selesai.

Jawabannya, bisa ya bisa tidak.

Bisa ya, sebab kita lagi belajar nih bahwa Allah itu Begitu Kuasa. Jangankan hitungan jeda satu malam. Tanpa ada jeda pun Allah bisa. Namun bukan belajar namanya kalau kita tidak mengupas lebih jauh lagi.

Coba lihat detail cerita sebelumnya:

Bu Yuyun, sebut saja begitu, punya anak semata wayang yang ia besarkan tanpa suami. Sejak putranya ini masuk SMA kelas 1, suaminya meninggal. Dari hari ke hari ia kuatkan batinnya bahwa ia tidak sendirian dalam membesarkan anaknya. Ia bersama Allah. Allah selalu menemaninya. Ini yang ia yakini. Saban shalat ia berdoa agar diberi kemampuan membesarkan anaknya dan memiliki rizki yang cukup.

Lihat, nampak Bu Yuyun datang ke Allah, jauh-jauh hari sebelum anaknya dinyatakan lulus. Bukan baru malam itu saja ia datang ke Allah. Sekali lagi, dari jauh-jauh hari.

Kita buka lagi lembaran esai kuliah sebelumnya yang belajar dari kisah Bu Yuyun. Saya kembali menukilkan sedikit:

Bu Yuyun berdebar-debar. Ia tahu, kalau anaknya lulus, ini masalah buat dirinya. Kalau anaknya tidak lulus, pun masalah buat dirinya juga. Tentu saja ia senang dapat masalah dalam bentuk anaknya lulus. Masalahnya tentu saja apalagi kalau bukan uang kuliah anaknya. Tapi segera ia banting sesuai dengan pengalamannya selama ini. Ada Allah Yang Maha Memberi Rizki. Dan ini yang membuatnya tenang. Ia tahu bahwa Allah Maha Tahu. Kondisi ini sudah ia sampaikan ke Allah jauh-jauh hari, bahwa ia butuh biaya buat anaknya lulus. Dia yakin, Allah pasti akan memenuhi kebutuhan anaknya, dan atau memberikan yang terbaik. Ia malah bersemangat sekali untuk menambah kedekatan dirinya dengan Allah.

Dan ini yang kita perlu belajar. Bu Yuyun mendatangi Allah sejak pagi-pagi ia mendapatkan masalah. Bahkan, sebenernya, jauh sebelum ia menghadapi persoalan biaya masuk anaknya ke perguruan tinggi ini, ia sudah berangkat menuju Allah. Ya, ia berdoa dan menitipkan kejadian-kejadian rizki di masa yang akan datang, sedari awal.

Bu Yuyun juga punya tabungan yang banyak sekali. Sementara insya Allah kalau melihat kepribadian dari story singkatnya, ia kelihatannya ibu yang salehah, yang sedikit dosanya.

***

Beda Bu Yuyun, beda pula dengan kita. Kebanyakan kita, mendatangi Allah, setelah kita mendapatkan masalah. Atau ketika kita ada keperluan. Meskipun mendatangi Allah, atau mendekatkan diri kepada Allah lewat pintu ini -pintu masalah dan hajat- adalah diperbolehkan (bahkan dianjurkan), namun sering membuat tauhid orang suka rusak.

Rusak bagaimana? Andai Allah tidak segera mengabulkan, maka ia akan putus asa. Ia cenderung marah-marah, dan bahkan tidak sedikit menyalahkan orang yang menasihatinya.

Saya sering juga "disesali" orang. Ketika saya suruh seseorang bersedekah, lalu ia bersedekah di pertemuan pertama, dan ia tidak mendapati pertolongan Allah segera datang kepadanya, saat itulah tidak sedikit saya kemudian "disesali" oleh orang tersebut. Bahkan tidak jarang saya "diadili" dan "dipergunjingkan". Padahal andai ia terusin ngajinya, ia lengkapi lagi pengetahuannya, dan ia sabarkan dirinya, insya Allah sedekahnya akan bekerja, ibadahnya akan bekerja.

Dengan belajar esai-esai Kuliah Tauhid, saya kepengen kita semua bergerak menuju Allah. Tidak ada yang pernah terlambat mendatangi Allah, hingga ia meninggal dunia. Sedang, meskipun sudah meninggal dunia, Allah masih berbaik-baik sama kita, dengan terus menyuburkan amal kebaikan kita ketika di dunia hingga saatnya nanti kita dihadapkan dengan Hari Hisab.

Sampe ketemu di esai berikutnya. Kita berdoa untuk diri kita, keluarga kita, dan bangsa kita, agar hanya Allah saja yang menjadi Tuhan kita. Jangan ada yang lain. Dan agar kita menjadi hamba-Nya yang baik, yang ringan mengerjakan amal saleh, berilmu dan bagus keyakinan dan imannya kepada Allah.

Materi kuliah ini didownload dari : www.wisatahati.com



Baca selengkapnya >>
Selemah-lemah manusia ialah orang yang tak mau mencari sahabat, dan orang yang lebih lemah dari itu ialah orang yang menyia-nyiakan sahabat yang telah dicari. -Imam Ali bin Abi Thalib
My Great Web page