Andai kesusahan adalah hujan dan kesenangan adalah matahari, maka kita butuh keduanya untuk bisa melihat pelangi.

Kamis, 07 Juli 2011

Hukum Merokok


Apa hukum merokok dan apa alasan-alasan untuk menetapkan hukum tersebut?
-Tohir, Jakarta


Menurut 'Abdullah bin Abdurrahman as-Sanad, dalam bukunya Nashiihah al-Insaan 'alaa Isti'maal ad-Dukhaan, rokok dikenal oleh bangsa Eropa sekitar tahun 915 H atau 1518 M, ketika sekelompok pakar mereka menemukan tumbuhan "aneh" di Tobaco (Meksiko). Benihnya mereka bawa pulang dan dari sana tersebar ke daerah-daerah lain, termasuk ke wilayah negeri-negeri Islam. Itu sebabnya tidak ditemukan pendapat ulama masa lalu tentang hukum merokok.

Namun, melalui pemahaman tentang muqaashid al-syarii'ah (tujuan agama) kita dapat mengetahui hukum merokok dan persoalan-persoalan "baru" lainnya. Tujuan tuntunan agama adalah memelihara lima hal pokok, yaitu ajaran agama, jiwa, akal, harta, dan keturunan. Setiap aktivitas yang menunjang salah satunya, pada prinsipnya dibenarkan atau ditoleransi Islam. Dan, sebaliknya pun demikian. Pembenaran itu bisa mengambil hukum wajib (jika tidak dilaksanakan berdosa), atau sunnah (dianjurkan, walaupun tidak berdosa bila diabaikan dan kalau dilaksanakan mendapat ganjaran), atau mubah (boleh, terserah pilihan masing-masing pribadi, tiada dosa dan tiada pahala). Sedangkan tingkat larangan ada dua: makruh (dianjurkan untuk dihindari dan ketika itu yang bersangkutan memperoleh ganjaran, tetapi jika dikerjakan tidak berdosa), dan haram (harus dihindari, dan kalau tidak, maka pelakunya terancam siksa).

Pandangan Islam tentang merokok serta dalam kategori apa ia ditempatkan dari kelima tingkatan hukum di atas, ditentukan oleh sifat rokok serta dampak-dampaknya bagi kelima tujuan pokok agama. Sebagian ulama cenderung menilai rokok sebagai sesuatu yang mubah. Ini disebabkan mereka tidak atau belum mengetahui dampak negatif dari rokok. Dalam hal ini, mereka berpegang pada sebuah riwayat yang dikemukakan oleh ad-Daruquthni dan Abu Nu'aim bahwa Nabi SAW bersabda,"Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kewajiban-kewajiban, maka jangan abaikan kewajiban itu. Dan menetapkan batas-batas, maka jangan melampuinya. Serta mengharamkan hal-hal, maka jangan mendekatinya, dan meninggalkan (tidak menyebut) hal-hal, bukan karena lupa, karena itu jangan kamu membahasnya."

Imam at-Tirmidzi dan Ibnu Majah meriwayatkan hadits serupa, tetapi redaksi akhirnya adalah: Dan ada pula hal-hal yang didiamkannya -bukan karena lupa- melainkan karena kasih sayang-Nya, yang demikian adalah hal-hal yang dibolehkan-Nya.

Ulama-ulama kontemporer banyak merujuk kepada para pakar untuk mengetahui unsur-unsur rokok, serta dampaknya terhadap manusia. Atas dasar informasi itu, mereka lalu menetapkan hukumnya.

Imam terbesar al-Azhar Mesir, Syaikh Mahmud Syaltut, menilai pendapat yang menyatakan bahwa merokok adalah makruh, bahkan haram, lebih dekat kepada kebenaran dan lebih kuat argumentasinya. Ada tiga alasan pokok yang dijadikan pegangan untuk ketetapan hukum ini. Pertama, sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud dari Ummi Salamah, "Terlaranglah segala sesuatu yang memabukkan dan melemaskan atau menurunkan semangat."

Seperti diketahui, seorang perokok akan kecanduan dengan rokok, yang terlihat dengan jelas saat dia tidak memilikinya.

Kedua, merokok dinilai oleh banyak ulama sebagai salah satu bentuk pemborosan. Hal ini bukan hanya oleh orang per orang yang membeli sebatang dua batang, melainkan justru oleh pabrik-pabrik rokok yang mengeluarkan biaya tidak kecil untuk mempropagandakan sesuatu yang tidak bermanfaat, kalau enggan berkata membahayakan. Juga pada biaya pengobatan bagi mereka yang menderita sekian banyak penyakit akibat rokok. Agama melarang segala bentuk pemborosan. Jangankan dalam hal yang buruk, atau tidak bermanfaat, dalam hal yang baik pun dilarangnya, "Tiada pemborosan dalam kebaikan dan tiada kebaikan dalam pemborosan," demikian sabda Nabi SAW.

Ketiga, dari segi dampaknya terhadap kesehatan. Mayoritas dokter, bahkan negara, telah mengakui dampak buruk ini, sehingga seandainya tidak ada teks keagamaan (ayat atau hadits) yang pasti menyangkut larangan merokok, maka dari segi maqaashid asy-syari'ah sudah cukup sebagai argumentasi larangannya.

Tiga dasar pemikiran di atas mengantarkan banyak ulama kontemporer kepada kesimpulan haramnya -atau paling tidak makruhnya- merokok. Saya cenderung untuk memperketat larangan ini.

Merokok di masjid terlarang karena aromanya dapat menganggu orang lain, apalagi bila diakui bahwa perokok pasif pun dapat terganggu. Larangan ini dianalogikan dengan sabda Nabi SAW, "Siapa yang memakan bawang putih atau merah, hendaklah dia menjauhi kami -atau menjauhi masji kami."

Kalau bawang -yang secara jelas tidak haram, bahkan dalam hal-hal tertentu boleh jadi membawa dampak positif bagi kesehatan- terlarang pemakannya untuk mendekati masjid (karena masjid adalah tempat umum), maka adalah lebih wajar jika yang merokok pun dilarang untuk mendekati tempat-tempat umum. Terlepas apakah ia menganggu kesehatan atau tidak.

Sementara ulama memfatwakan bahwa perokok, walaupun belum kecanduan, tidak dibenarkan menjadi imam dalam shalat, dan kalaupun ia menjadi imam, shalat orang-orang yang mengikutinya menjadi tidak sah. Demikian tulis Ahmad al-Mubarak al-Huraibi, dalam bukunya, Atsar al-Mukhaddaraat wa al-Musakkiraat wa at-Tadkhiin fii ash-Shihhah wa ad-Diin (hlm. 37 dan 48). Wallahua'lam.


Disadur dari buku:
M. Quraish Shihab Menjawab...
1001 Soal Keislaman Yang Patut Anda Ketahui



Baca selengkapnya >>

Posisi Jari Telunjuk Saat Duduk Tahiyat


Saya ingin menanyakan perihal posisi jari telunjuk saat duduk bertahiyat ketika shalat sebab banyak versi, yang ingin saya tanyakan posisi telunjuk jari Bapak ketika duduk bertahiyat.
-Fadlisyah, A.Md., S.Si. (Panggoi, Aceh Utara)


Anda benar banyak cara yang diajarkan oleh ulama. Mazhab Malik mengajarkan agar menutup semua jari-jari tangan kanan kecuali jari telunjuk dan ibu jari, kemudian menggerak-gerakkan ibu jari secara perlahan ke kiri dan ke kanan sejak awal tahiyat atau tasyahhud hingga akhir -baik tasyahhud yang pertama maupun yang kedua. Mazhab Hanafi menganjurkan meluruskan jari telunjuk ketika membaca syahadat saja, yakni ketika membaca laa ilaaha dan menghentikannya ketika membaca illallaah.

Imam asy-Syafi'i menganjurkan menutup semua jari tangan kanan kecuali jari telunjuk dan ini baru diluruskan ketika membaca illallaah. Pendapat ini mirip pendapat mazhab Hanbali. Agaknya hal tersebut untuk menunjukkan keesaan Allah yang dimantapkan dalam hati, terucapkan oleh lidah sekaligus diperankan dengan perbuatan yang pada saat shalat dilambangkan dengan jari telunjuk yang diluruskan itu. Inilah cara yang biasa saya lakukan. Betapapun, semua bersepakat bahwa hal tersebut tidak wajib. Demikian, wallahu a'alam.


Disadur dari buku:
M. Quraish Shihab Menjawab...
1001 Soal Keislaman Yang Patut Anda Ketahui



Baca selengkapnya >>

Tentang Derajat Kesahihan Beberapa Hadits


Saya ingin menanyakan derajat kesahihan beberapa hadits yang sangat populer dan sering dibawakan oleh para mubaligh kita dalam ceramah-ceramah mereka. Hadits-hadits itu adalah, "Perbedaan pendapat di kalangan umatku adalah rahmat" (Ikhtilaaf ummati rahmah) dan "Tuntutlah ilmu, walau ke negeri Cina" (Uthlub al-'ilm walaw bi ashshiin). Dalam majalah azh-Zhaahirah al-Islaamiyyah yang diterbitkan oleh pendiri al-Irsyad, Syaikh Ahmad as-Surkati, disebutkan bahwa hadits-hadits itu tidak mempunyai dasar (laa ashla lahu).
-H. Machasin, Jakarta Timur


Terlebih dahulu perlu dijelaskan bahwa para ulama dapat berbeda dalam menilai kesahihan sebuah riwayat, antara lain, diakibatkan oleh kaya-tidaknya informasi mereka tentang perawi atau ketat-tidaknya dalam menilai dan kadar serta cara pemahaman mereka atas kandungan hadits. Di sisi lain, sebuah hadits yang dinilai dhaif sekalipun oleh banyak ulama masih dapat ditoleransi untuk diamalkan bila berkaitan dengan apa yang mereka sebut fadhaa'il al-a'maal dalam arti dorongan untuk mengamalkan hal-hal yang positif dan mempunyai dasar hukum, meskipun bersifat umum. Hadits"Perbedaan pendapat di kalangan umatku adalah rahmat" (Ikhtilaaf ummatii rahmah) merupakan ungkapan yang tidak dikenal para perawinya. Karena itu, para ulama menilainya sebagai riwayat tidak memiliki dasar (laa ashla lahu). Para pakar hadits telah bersusah payah menemukan rangkaian sanda atau perawinya, tetapi mereka gagal. Demikian tulis pakar hadits, Nashiruddin al-Albani. Imam an-Nawawi mengemukakan pendapat as-Subki yang menyatakan, "Saya tidak menemukan sanadnya, baik yang sahih, lemah (dha'if), atau palsu (mawdhuu')." as-Suyuthi, ulama hadits lainnya, berprasangka baik dengan mengatakan, "Boleh jadi rangkaian sanadnya ada dalam kitab-kitab ulama, tetapi kitab-kitab itu tidak sampai kepada kita." Ada yang menilai makna hadits ini sangat buruk. Sebab, tulis Ibn Hazm dalam kitabnya al-Ihkaam, "Jika perbedaan adalah rahmat, maka kesepakatan, tentu saja, menjadi kemurkaan." Ulama lain yang menggunakan ungkapan itu, meski bukan sebagai hadits, menyatakan bahwa perbedaan yang dimaksudkan di sini adalah dalam masalah hukum. Perbedaan ini dapat menjadi rahmat karena -dengan demikian- umat memeroleh beberapa alternatif pengamalan. Betapapun juga, hadits "Perbedaan pendapat di kalangan umatku adalah rahmat" (Ikhtilaaf ummatii rahmah) disepakati oleh para ulama sebagai ungkapan yang tidak sah dinisbahkan kepada Nabi SAW. Adapun hatis "Tuntutlah ilmu, walau ke negeri China" (Uthlub al-'ilm walaw bi ash-shiin) diriwayatkan, antara lain, oleh Ibnu 'Adi, Abu Nu'aym dalam kitabnya Akhbaar Ashfhaan, Abu al-Qasim al-Qusyayri dalam kitabnya al-Arba'iin, dan sebagainya melalui Hasan bin 'Athiyyah dari Abu 'Atikah. Semua pengarang kitab di atas meriwayatkan lanjutan kalimat dari hadits itu, "Karena sesungguhnya menuntut ilmu adalah kewajiban setiap Muslim." Setelah menuliskan hadits di atas, Ibnu 'Adi mengomentari kalimat "Walau ke negeri China" (Walaw bi ash-shiin) sebagai berikut: "Saya tidak mengetahui ada yang meriwayatkan hadits ini, kecuali melalu Hasan bin 'Athiyyah," padahal yang bersangkutan dinilai sebagai seorang yang lemah oleh beberapa ulama. Penilai lain melihat kelemahan hadits ini pada perawi Abu 'Atikah, yang disepakati sebagai lemah dan bahkan sangat lemah. Imam Bukhari menilainya sebagai orang yang ditolak haditsnya (munkar al-hadits). Imam Ahmad menolaknya secara keras, dan Imam an-Nasa'i menilainya sebagai seorang yang tidak terpercaya (tsiqah). Dengan demikian, apa yang Anda baca sesuai dengan penilaian banyak ulama. Wallahu a'alam.


Disadur dari buku:
M. Quraish Shihab Menjawab...
1001 Soal Keislaman Yang Patut Anda Ketahui



Baca selengkapnya >>

Cara dan Adab Berdoa


Bagaimana cara dan adab berdoa menurut ajaran agama? Faktor apa yang mendorong cepat terkabulnya doa? Berbagai macam cara ibadah telah saya lakukan untuk memperkuat keimanan dan ketakwaan. Akan tetapi, mengapa permohonan atau doa saya belum juga dikabulkan Allah?
-Eka, Jakarta
-M. Ziaulhaq, Semarang


Al-Qur'an secata tegas menyatakan, Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku kabulkan permintaanmu." (QS. al-Mu'min: 60). Di tempat lain, Allah berfirman: "Aku mengabulkan doa orang yang berdoa bila ia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (panggilan)-Ku dan beriman kepada-Ku." (QS. al-Baqarah: 186). Kalimat "orang yang berdoa bila dia berdoa" menunjukkan bahwa boleh jadi ada seseorang yang memohon kepada-Nya, tetapi ia belum dinilai Allah sebagai berdoa.

Ayat di atas juga mengisyaratkan bahwa yang pertama dan utama dituntut dari orang yang berdoa adalah "memenuhi panggilan atau melaksanakan ajaran agama." Karena itu, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah, Nabi SAW menguraikan keadaan seseorang yang melakukan perjalanan jauh, sehingga pakaiannya lusuh. Dia mengangkat tangannya ke langit sambil berdoa, "Wahai Tuhan, wahai Tuhan, (perkenankan doaku)!" tetapi makanan yang dimakannya haram, minuman yang diminumnya haram, pakaian yang dikenakannya haram, dan diberi makan dari barang haram. Maka, bagaimana mungkin doanya dikabulkan? (HR. Muslim)

Selanjutnya, ayat di atas memerintahkan orang yang berdoa agar beriman kepada-Nya bukan saja dalam pengertian mengakui keesaan-Nya, melainkan juga percaya bahwa Allah akan memilih yang terbaik untuk si pemohon, dan Dia tidak akan menyia-nyiakan doanya itu. Hanya saja, Allah boleh jadi memperlakukannya seperti seorang Ayah memperlakukan anaknya: sekali waktu memberikan sesuatu sesuai dengan permintaan, di lain waktu memberikan yang lain dan lebih baik dari yang diminta. Namun, tidak jarang pula Allah menolak permintaannya, tetapi memberinya sesuatu yang lebih baik di masa mendatang -kalaulah bukan di dunia ini- di akhirat kelak. Bukankah seorang Ayah yang baik tidak memberikan sesuatu yang merugikan anaknya, sekalipun sang anak mendesak? Al-Qur'an menegaskan, Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui  (QS. Ali 'Imran: 66). Karena itu, Rasulullah SAW bersabda, "Berdoalah kepada Allah disertai keyakinan bahwa Allah akan mengabulkannya. Ketahuilah bahwa Allah tidak menerima doa dari kalbu yang lalai dan lengah." (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi dari Salman)

Dari sekian banyak ayat dan hadits diperoleh petunjuk tentang doa. Di antaranya adalah bahwa doa hendaknya dimulai dengan ucapan "Alhamdulillah"  yakni memuji Allah atas segala nikmat yang telah dianugerahkan-Nya selama ini sebagai pengakuan atas kasih sayang (rahmah)-Nya. Dengan demikian, kalaupun permintaan tidak atau belum terpenuhi, maka ini tidak mengantarkan orang yang berdoa pada kekesalan atau rasa ketidakadilan Ilahi. Setelah itu, mengucapkan shalawat, yakni permohonan kepada-Nya agar Nabi Muhammad SAW melimpahi rahmat dan kasih sayang oleh-Nya. Ini dinilai sebagai kunci pembuka. Sebab, Nabi Muhammad SAW adalah kekasih Allah, dan melalui beliau, kita beroleh petunjuk. Shalawat ini membuktikan rasa terima kasih kita kepada beliau. Dengan mengucapkannya, kita berharap memperoleh percikan kasih-Nya. Setelah itu, barulah kita ajukan permohonan. Selain itu, janganlah lupa untuk mendoakan orang lain. Sebab, seperti disabdakan Nabi Muhammad, "Jika seseorang mendoakan saudaranya (orang lain) tanpa sepengetahuannya, maka malaikat akan berdoa 'Amin' (Ya Allah, perkenankanlah), dan untukmu -wahai orang yang berdoa- semoga Allah menganugerahimu seperti itu (apa yang engkau mintakan untuknya)." (HR. Muslim dan Abu Dawud)

Setelah itu, akhirilah doa dengan mengucapkan "Subhanallah"  yakni menyucikan Allah dari segala kekurangan, antara lain, sifat kikir atau tidak adil. Bahkan, akhirilah doa dengan mensyukurinya sekali lagi sebagaimana ditunjukkan al-Qur'an, Dan akhir doa mereka adalah Alhamdulillaah Rabb al-'aalamiin (QS. Yunus: 10). Ini mengandung makna bahwa si pemohon dipenuhi dengan optimisme bahwa doanya tidak akan disia-siakan oleh Allah. Tentu saja, semua itu hendaknya dilakukan dengan khusyuk dan rendah hati sebagaimana diajarkan oleh al-Qur'an (QS. al-A'raf: 55). Demikian, wallahu a'lam.


Disadur dari buku:
M. Quraish Shihab Menjawab...
1001 Soal Keislaman Yang Patut Anda Ketahui



Baca selengkapnya >>

Hukum Menahan Buang Angin Dalam Shalat


Bagaimana hukumnya menahan kentut di saat sedang mengerjakan shalat? Sahkah shalat dalam keadaan seperti ini, dan apa dalil-dalilnya?
-M. Zainul Yasni, Banjarmasin


Syarat sahnya shalat adalah terpeliharanya wudhu. Salah satu yang membatalkan wudhu adalah keluar angin. Jika yang bersangkutan menahan sehingga angin tidak keluar, maka wudhunya tetap sah. Dengan demikian, upaya menahan itu sendiri tidak membatalkan shalat. Imam Ahmad dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda, "Tidak (perlu mengulangi) wudhu kecuali karena ada suara (buang angin) atau mendengar bunyi angin."

Imam Musli, Abu Dawud, dan at-Tirmidzi meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, "Jika salah seorang di antara kalian merasakan ada angin (ketika dia ada) dalam masjid, maka janganlah di keluar (untuk berwudhu), kecuali bila dia mendengar suara atau menemukan angin."

Memang, shalat seseorang yang menahan angin atau air kecil dan besar dinilai makruh oleh ulama, karena keadaan demikian pasti mengganggu konsentrasi dan kekhusyukannya. Akan tetapi, hal ini tidak membatalkan shalatnya. Wallahu a'alam.


Disadur dari buku:
M. Quraish Shihab Menjawab...
1001 Soal Keislaman Yang Patut Anda Ketahui

Baca selengkapnya >>

Senin, 16 Mei 2011

Semua Ada Waktu, Semua Ada Akhirnya / HdL-04

Sebagaimana malam yang segera akan berakhir dan berganti dengan pagi. Segala sesuatu juga ada akhirnya. Termasuk segala permasalahan yang kita hadapi. Ia ada ujungnya. Amal saleh kitalah yang mempercepat perjalanan itu.

Ada kisah seorang ibu muda. Sebut saja T. Beliau memproses perceraiannya sejak tahun 2001. Gak selesai-selesai. Alih-alih berharap bisa bercerai cepat supaya bisa memulai hidup baru, eh malah beberapa ujian kehidupan muncul. Ibunya menyuruhnya bersabar. "Semua ada waktunya", begitu nasihat ibunya.

Setelah sekian tahun, ia diberitahu ibunya agar bersedekah dengan apa yang ia punya. Sedekah yang besar. Bersedekahlah ia.

Dua tahunan terakhir, ia perbaiki hidupnya. Bila sebelumnya ia belum berjilbab, ia lalu berjilbab dan memperbanyak taubat. Ia usahakan sering mendatangi pengajian. Kegiatan-kegiatan sosial ia ikuti. Ia lupakan persoalan perceraiannya. Ia segarkan hidupnya dengan Karunia Allah yang lain. Dan memang, banyak manusia yang gara-gara secuplik drama kehidupannya yang tidak enak, lantas kemudian membuat matanya tertutup dari Karunia Allah yang sesungguhnya masih teramat besar. Kesusahan hidup, ga sebanding dengan Karunia Allah berupa "hidup" itu sendiri.

Dan akhirnya waktu yang ia tunggu, tiba. 2 tahun sejak ia bersedekah sesuatu yang besar, ia mendapatkan keputusan cerai. Sepertinya tiba-tiba, dan berproses dengan sangat mudah. Beda sekali dengan waktu-waktu sebelumnya.

Yang luar biasa, mantan suaminya ini memberinya uang yang sangat besar. Ia mengaku tersentuh dengan ketabahan mantan istrinya, dan ia meminta maaf tidak bisa mengurus anaknya. Sebagai kompensasinya, suaminya ini memberi uang nyaris 1 milyar dari hasil tabungannya pasca bercerai. Bukan harta gono gini. Mantan suaminya hanya minta diikhlaskan segala kesalahannya. Yang membuat ibu T ini agak berdebar dengan cara kerja Allah, mantan suaminya ini bercerita, tabungan yang nyaris 1 milyar tersebut adalah tabungan 2 tahun terakhir. Masya Allah, suaminya ini "bekerja" sebab diatur Allah. Yang mana hasil kerjaannya itu adalah buah sabar dan sedekahnya.

Dalam satu kesempatan, si ibu T ini bercerita, barangkali kalau dulu Allah mengabulkan kehendaknya, maka ia mendapatkan hak cerai, tapi tidak mendapatkan uang 1 milyar. Hari gini, uang 1 juta saja besar sekali, apalagi 1 milyar.

Saya mengatakan, ya, itulah buah dari dukungan ibunya, buah dari kesabarannya dan hasil kemudahan dan berkah dari sedekahnya… Dan benarlah juga keyakinan orang-orang tua dulu, kalau udah waktunya, ya waktunya. Sebagaimana orang-orang tua yang mengajarkan, kalau udah rizkinya, ya rizkinya.

Kadang saya berpikir ya, andai kita tidak melakukan banyak hal, asal kita perbaiki saja hidup kita, cara kita hidup, dan memaknai ulang hidup kita untuk lebih lagi beribadah kepada Allah dan bermanfaat untuk sesama, rasanya hidup kita akan benar dengan sendirinya. Keinginan kita juga akan terjawab dengan sendirinya. Dan masalah akan selesai dengan sendirinya.

Tapi ya setelah dipikir-pikir lagi, engga juga disebut "tidak melakukan apa-apa" bagi mereka yang memperbaiki dirinya. Karena itulah ikhtiarnya. Sama dengan ketika saya menyebut ikhtiar bagi mereka yang bermasalah adalah taubat dan memperbanyak amal saleh. Ada kemudian yang protes, harus tetap ada ikhtiarnya. Saya menyebut, sudahlah, ikhtiarnya ya itu: taubat dan amal saleh (memperbaiki shalat, menambah shalat-shalat sunnah, membaca al Qur'an, sedekah, dll). Sebab nyatanya, tidak gampang loh untuk bisa bertaubat dan beramal saleh. Kalaulah Allah tidak memudahkan jalan, maka jalan menuju pertaubatan dan amal saleh tidak akan mudah jalannya.

Belajar dari kasus perceraian berkahnya Ibu T di atas, apa kira-kira yang bisa dipetik oleh Para Peserta KuliahOnline? Ketika ceramah esai ini saya sampaikan langsung, ada yang bertanya, apakah bisa selesai dalam 2 tahun juga apabila Ibu T ini tidak melakukan sesuatu? Lalu yang bertanya ini menjawab sendiri, kayaknya engga ya? Barangkali sedekahnya itu yang mempercepat. Yang lainnya menjawab, keikhlasannya yang mempercepat. Sebab sebelumnya ia tidak ikhlas menerima perceraian itu. Dan yang lainnya itu menjawab, doa ibunya yang juga turut membantu percepatan perceraiannya dan kemudian juga mendapatkan berkah uang 1 milyar.

"Perjalanan waktu" bisa dipercepat atau menjadi lambat, salah satunya adalah karena keyakinan kita sendiri kepada Allah, dan amal keseharian kita. Hakikatnya, kalau kita selalu merasa ditemani Allah, maka sesungguhnya tidak akan pernah ada masalah buat kita. Bukankah yang kita cari di dunia ini adalah kedekatan diri dengan Allah? Kalaulah kita harus mendekatkan diri kita melalui pintu masalah, rasanya itulah berkah buat kita.

***

Tidak ada yang datang kepada Allah,
kecuali Allah pun datang kepadanya.

Ada yang berharap ketika ia datang kepada Allah, maka Allah betul-betul datang kepadanya. Datang dengan segenap pertolongan dan kebaikan Allah. Dan Allah pasti datang. Tapi memang Kehendak-Nya, bukan kehendak kita. Kita hanya bisa memohon, bukan memaksa. Kita hanya bisa meminta, bukan mengatur.

Selain Ibu T di atas, adalah Zaidi. Ia bercerita, ia tidak "nyampe-nyampe". Ia mendekati Allah dengan harapan dan doa agar Allah mau membayarkan hutangnya. Segala riyadhah ia tempuh. Namun serasa tumpul benar. Maksudnya, hutangnya tetap ga kebayar-bayar. Sama saja seperti dengan tidak datang kepada Allah. Malah datang ujian-ujian baru kepadanya setelah sekian bulan mendisiplinkan riyadhah. Seakan-akan membenarkan pandangan bahwa kalau mendekatkan diri kepada Allah, ujiannya akan banyak.
Zaidi bertanya seperti yang lain bertanya: Koq mengapa tanda-tanda bisa kebayar hutang belum muncul juga? Koq ujian hidup bertambah berat? Koq Allah kayak mengabaikan dia?

Saya menyodorkan beberapa jawaban.

Pertama, Allah sedang berkenan menyegerakan segala akibat buruk, dengan jumlah takaran yang sebenernya sudah dikurangi jauh dari yang semestinya diterima. Biar bagaimana, akibat buruk harus diterima. Inilah keadilan-Nya. Jika tidak mau akibat buruk diterima setara dengan keburukan yang harus diterima, maka bertaubat adalah jawabannya. Taubat yang sempurna. Yang serius. Juga amal salehnya harus hebat. Kalau tidak setara, tetap harus ada yang dibayar.

Yang begini ini, kurang disadari oleh seseorang. Katakanlah ia pernah berzina. Sedang berzina itu "kontrak susahnya" harus 40 tahun. Atau malah katakanlah ia berzina dalam keadaan ia menjadi suami atau istri dari seseorang. Hukumannya bagi yang berzina dan ia dalam keadaan menikah, adalah hukuman mati. Bayangkan jika sebenernya Allah masih kasih ia kehidupan. Andai pun sepanjang hidup ia pakai untuk pertaubatan, dan penderitaannya ia terima sebagai satu kepatutan yang menggugurkan dosanya, adalah wajar juga kayaknya. Dan itulah Allah. Allah Maha Pengasih Maha Penyayang. Ia hukum hamba-Nya dengan memperhatikan segala kebaikan diri orang itu dan diri orang-orang di sekeliling orang itu. Ada yang Allah ringankan sebab ia punya anak yatim. Ada yang diringankan sebab ia pernah membantu seseorang. Ada yang diringankan sebab istrinya mendoakan tanpa henti. Ada yang diringankan sebab orang tuanya senantiasa memanjatkan doa untuknya. Ada yang diringankan sebab anaknya sedang menuntut ilmu. Dan banyak lagi pertimbangan Allah yang tidak kita mengerti kecuali hanya dengan jalan husnudzdzan kepada-Nya. Baik sangka kepada-Nya.

Maka jawaban yang berikutnya dari pertanyaan Zaidi di atas adalah justru seputar dosanya sendiri. Bagaimana dosanya dia sebelum akhirnya kemudian berjalan menuju Allah, menuju pertolongan-Nya? Tanyakan dengan jujur. Bila memang dosanya banyak sekali, ya wajar saja kan? Ibarat tagihan dari amal keburukan, amal-amal kebaikan kayaknya buat bayar dulu keburukan-keburukan yang ia lakukan selama itu.

Bisa juga dikaitkan bahwa Allah Maha Tahu. Nikmatin saja dulu "kedekatan" diri dengan Allah, dan pembiasaan ibadah tersebut. Jangan-jangan, kalau Allah mempercepat ia selesai dari masalah, malah nanti ga bisa istiqamah lagi ibadahnya. Keburu sibuk lagi, dan keburu lupa lagi. Akhirnya, malah bermasalah lagi.

Anggap saja, ibadah dan disiplin ibadahnya ini sebagai latihan keistiqamahan. Apabila nanti hutangnya sudah terbayar, atau ia sudah kembali menjadi pengusaha yang sakses, ia bisa tetap memelihara dhuhanya, bisa memelihara sunnah-sunnah qabliyah ba'diyahnya, bisa memelihara seluruh amalan-amalan wajibnya. Hingga ia bisa menempatkan Allah jauh di atas dunia yang ia cari, yang ia kumpulkan. Ini kan jadi semacam Training-Camp buat dia.

Belum lagi soal bala, soal keburukan, dan soal kematian, andai ini bisa dijadikan jawaban yang ketiga. Maksudnya, harusnya ia keluar dari masalahnya, hidup enak dan bahagia dengan amal-amal salehnya. Namun, ia berumur pendek, dan ada bala yang lebih besar yang bakalan datang. Lalu dua hal ini dihapuskan oleh Allah. Bila menyadari hal ini, tambahin saja lagi load kebaikannya. Jangan ragu menambah vomue ibadah. Makin kenceng ujiannya, makin kenceng ibadahnya. Makin keras angin masalah yang menerpanya, makin sungguh-sungguh ibadahnya. Jangan justru malah surut.

Jawaban yang ke-empat, ada derajat yang lebih tinggi yang Allah siapkan untuk dirinya. Ya, banyak yang lebih naik kehidupannya setelah kesusahan demi kesusahan ia alami. Ada lebih banyak karunia Allah yang bakal diterima setelah kesulitan hidup yang dihadapinya. Saya pribadi menyadari bahwa sungguh, ada karunia Allah yang teramat besar di balik segala rupa kesulitan dan permasalahan hidup yang dihadapi. Pada permulaannya, ia hanya butuh keikhlasan menerima hidup ini apa adanya, memperbanyak syukur, berpikir positif, dan kemudian menumbuhkan iman dan memperbanyak amal saleh.

Dunia, bila terlalu dikejar, juga tidak akan mampu memberikan apa-apa. Dan lagian, setiap perjalanan, termasuk perjalanan mencari solusi, pasti ada akhirnya. Insya Allah jawaban akan Allah berikan. Baru saja beberapa bulan kan? Belum beberapa tahun? Atau katakanlah, baru beberapa tahun. Belum bertahun-tahun. Sedang kalau kita ingat dosa kita, sudah berapa tahun kita kerjakan? Jangan-jangan sepanjang kita hidup, mulai dari akil baligh sampe sekarang ini, hidup kita banyak bener dosanya. Belum sebanding sama amalan ibadah kita.

Percayalah, setiap perjalanan ada akhirnya. Hanya karena bebannya berat saja, perjalanan kita cenderung seperti lambat. Tapi, lambat pun, tetap berjalan. Sesungguhnya tidak diam di tempat. Asal kita terus berjalan. Tidak berhenti.

Sekali lagi, kejar saja perjalanan waktu dengan amal saleh, dan tetap husnudzdzan kepada Allah. Tetap positif kepada Allah.

Sampe ketemu di esai perkuliahan tauhid berikutnya. Kepada Allah juga kita memohon agar Allah bukakan terus mata hati kita tentang Kebesaran dan Kekuasaan-Nya. Baarakawlaahu lanaa. Amin.

Materi kuliah ini didownload dari : www.kuliahonline.wisatahati.com


Baca selengkapnya >>

Jumat, 06 Mei 2011

Menghitung Diri



Sahabat-sahabat sekalian...

Allah-lah yang menggetarkan udara disekitar kita sehingga terasa sejuk dan hangat. Tiada tuhan selain Dia. Tiada satu celahpun yang tidak diurus oleh Allah. Diri kitapun milik Allah. Kita tak kuasa menahan umur ini walaupun satu detik. Setiap saat kita terus mendekati liang lahat, sayang kita terhijab sehingga Asma Allah sedikitpun tidak bisa membuat hati kita tergetar. Hati kita sudah mengeras.. membatu. Kepada dosa kita anggap biasa-biasa saja, kepada kebenaran kita semakin menjauh padahal kita pasti akan mati.

Astaghfirullahal 'adzhiim...

Apa saja yang kita lihat selama ini. Silahkan istighfar sambil kita kenang pengkhianatan yang telah kita lakukan pada Allah dengan mata titipannya ini. Istighfarlah. Allah tahu setiap lirikan mata kita dan Allah tahu setiap niat yang terkandung dari lirikan mata titipannya ini. Siapapun yang sering melihat yang diharamkan Allah, istighfar.. Yang jarang membaca Al qur'an, istighfar.. Yang matanya sering sinis melihat keberhasilan orang lain, istighfar.. Yang sering meremehkan orang lain dengan pandangannya, istighfar..

Astaghfirullahal 'adzhiim...
Astaghfirullahal 'adzhiim...
Astaghfirullahal 'adzhiim...

Mari kita ingat dosa telinga kita. Silahkan istighfar sambil kita kenang pengkhianatan yang telah kita lakukan pada Allah dengan telinga titipannya ini. Istighfarlah. Siapa yang nikmat mendengar aib orang lain, silahkan istighfar.. Telinga ini adalah milik Allah, sangat mudah bagi Allah membuat dunia ini jadi sepi, apa sulitnya bagi Allah mengambil telinga ini. Andai kata telinga kita diambil maka tiada lagi terdengar suara saudara-saudara kita, suara ayat-ayat Qur'an, suara adzan. Mari kita mohon ampun terhadap telinga titipannya ini.

Astaghfirullahal 'adzhiim...
Astaghfirullahal 'adzhiim...
Astaghfirullahal 'adzhiim...

Mari kita ingat dosa lisan kita. Siapa yang suka berkata dusta, istighfar.. Siapa yang suka mengada-ada, istighfar.. Siapa yang sering mengingkari janji, istighfar.. Ingatlah wahai sahabatku sebagian besar penghuni neraka adalah karena lidahnya. Ingatlah siapa saja yang telah tercabik-cabik hatinya dengan kata-kata kita. Terutama yang pernah menzholimi orang tua-nya dengan lisannya. Yang pernah menzholimi orang-orang lemah dengan lisannya, apalagi yang senantiasa marah. Istighfar.. Berapa banyak orang yang tercabik-cabik hatinya karena lisan kita. Berapa banyak orang miskin yang pernah kita hina. Istighfar.. Ribuan kata yang terucap tiap hari, berapa kali kita menyebut asma Allah dengan ikhlas, istighfar..

Astaghfirullahal 'adzhiim...
Astaghfirullahal 'adzhiim...
Astaghfirullahal 'adzhiim...

Siapa yang pernah makan makanan yang haram, istighfar.. Marilah kita kenang kebusukan hati kita, istighfar.. Siapa yang tidak pernah tergetar mendengar asma Allah, istighfar.. Hati yang keras membatu dan tidak punya perasaan karena diselimuti ma'siat, istighfar..

Hai... Bersedihlah orang-orang yang berhati keras dan tidak mempunyai hati yang lembut. Tahukan saudara-saudaraku? Bahan bakar neraka adalah batu.. yaitu hati yang mengeras bagai batu. Siapa yang hatinya penuh dengan kebencian, istighfar.. Berapa banyak kaum muslimin yang kita benci. Yang tidak rela melihat orang lain dapat nikmat. Yang selalu berfikir buruk sangka, istighfar.. Yang hatinya selalu dipenuhi dengan iri dan senang melihat kejatuhan orang lain, istighfar.. Tidak tahan melihat orang lain sukses atau gembira.

Astaghfirullahal 'adzhiim...
Astaghfirullahal 'adzhiim...
Astaghfirullahal 'adzhiim...

Yang pernah durhakan pada orang tua, istighfar..

SUBHANALLAH, WALHAMDULILLAH WA 'ALAA ILAAHA ILLALLAHHU ALLAHU AKBAR
LAA ILAAHA ILLA ANTA SUBHAANAKA INNI KUNTU MINADHOLIMIIN
HASBUNALLAH WANI'MAL WAKIIL.. NI'MAL MAULA WA NI' MANNASHIIR

Hari-hari yang kami lalui begitu memalukan ya Allah... Seperti makhluk dungu yang tidak mengerti aturan. Sesudah taubat kami lakukan dosa lagi, kami lakukan lagi, dan kembali kami lakukan. Tolonglah kami ya Allah, bukakan pintu hati kami ya Allah. Agar dapat mengenal segala kebusukan dan aib-aib diri serta
tuntun kami kepada taubat nasuha.

Hai saudara-saudaraku…

Ingatlah satu desah nafas adalah satu langkah menuju kubur kita, semakin hari hidup kita semakin dekat dengan kematian. Kita pasti meninggalkan semua yang kita cintai selama ini. Ingatlah bahwa ajal dapat menjemput kita kapan saja; mungkin saat kita berjalan, saat kita bekerja ataupun saat kita berma'siyat. Istighfar.. Matian-matian kita mencintai dunia ini pastilah kita akan meninggalkannya. Apapun yang kita lakukan selama ini harus dipertanggungjawabkan pada Allah, tidak ada sedikitpun yang kita lakukan kecuali kembali pada diri kita sendiri. Allah melihat persis apa yang kita lakukan, tidak ada yang tersembunyi. Allah tahu ma'siat yang kita lakukan, tidak ada yang luput Allah tahu dibalik semua perilaku kita. Andaikata ajal menjemput kita saat ini.. siapkah kita? Ingatlah bahwa sakaratul maut adalah saat yang paling pahit. Kita sering melihat bagaimana binatang kurban yang tiada berdosa, Allah memperlihatkan pada kita repotnya saat nyawa dicabut, mata terbelalak, lidah terjulur, badan menggelepar. Walaupun orang meninggal tampak tenang namun sesunggunya pahit. Kecuali bagi orang-orang yang merindukan Allah. Andai kata kita sudah mati tidak ada yang bisa menolong kita Harta yang kita kumpulkan mati-matian yang membuat kita pusing sehari-hari tidak dapat kita bawa, hanya secarik kain kafan yang dibalutkan ke tubuh kita. Bayangkan saat tubuh kita sudah kaku, wajah sudah membeku dan dibungkus kain kafan, bersyukurlah kalau kita masih ada yang mengurus. Bersyukurlah kalau nanti kita ada yang menyolatkan. Istri dan anak-anak kita serta saudara menangis disekitar kita, kemudian kita akan diusung ke tempat kita yang baru yaitu liang lahat, kita akan dimasukkan ke dalamnya. Beruntunglah jika tubuh kita bisa dihadapkan ke kiblat, banyak yang menyebutkan beberapa orang tidak bisa dihadapkan ke arah kiblat, mereka selalu berbalik lagi bahkan ada yang melenting! Ini adalah benar saudaraku... Mungkin liang lahat tahu mahluk durjana yang akan menghuninya. Papan akan ditutupkan disekitar kita, pelan-pelan orang-orang yang kita cintai menaburkan tanah, sehingga semakin gelap.. sendiri, tanah semakin penuh.. semakin jauh. Inilah pertemuan terakhir dengan mereka, tinggallah kita sendiri di liang lahat. Mereka semua akan pulang, belatung dan cacing sudah mulai mengunyah tubuh kita, mata, telinga, wajah dan tulang kita, perut mulai membusuk, serangga-serangga tanah berkeliaran di mata, mulut kita. Tapi yang paling menjadi masalah adalah ketika datang malaikat kubur.

Mungkin malaikat akan berkata, "Wahai mahluk malang berapa tahun kau hidup di dunia betapa seringnya engkau menghianati Tuhanmu yang selalu menjamumu, berapa banyak engkau mensia-siakan nikmat Allah dan kau balas dengan pengkhianatan."

Mungkin pada saat itulah dinding-dinding kubur akan menghimpit orang-orang yang durjana. Sepertinya sholat kita akan membela tapi sholat kita terlalu lemah karena tidak pernah khusu'. Sepertinya sedekah kita akan membela tapi sedekah kita terlalu lemah karena kita terlampau kikir. Sepertinya shaum kita akan membela tapi shaum kita terlalu lemah karena hanya perut saja yang puasa. Sepertinya haji kita akan membela tapi haji kita adalah haji mardud (tertolak) karena niat yang tidak benar.

Tinggallah kita melolong-lolong, paling-paling kita hanya menunggu do'a anak kita, tapi bagaimana mereka bisa berdo'a sedangkan kita tidak pernah mengajarkan mengenal Allah dengan baik. Tahukah kita bahwa siksa kubur akan berhenti jika anak-anak kita berdo'a, "RABBIGHFIRLI WALIWALIDAYA WARHAMHUMA KAMAA RABBAYAANI SHAGHIRA." Do'a tersebut bagai cahaya terang benderang akan masuk ke alam kubur orang tua kita. Malang bagi orang tua yang tidak bisa mendidik anaknya dengan baik, mereka lebih tertarik pada warisan daripada mendo'akan oran tuanya. Ingatlah bahwa siksa kubur akan terjadi sampai hari kiamat.

Berbahagialah bagi orang yang punya bekal cukup, kubur akan menjadi suatu kenikmatan baginya. Sedekahnya, wakafnya akan mengalirkan pahala-pahala. Orang-orang lemah yang dia tolong, ilmu yang diajarkan senantiasa menerangi kuburnya.

Wahai saudaraku, mengapa kita masih menganggap bahwa kematian adalah untuk orang lain padahal kita pasti mati! Kita akan mempertanggung jawabkan setiap barang-barang yang kita beli.

Ya Allah engkaulah yang tahu, kapan ajal akan menjemput kami. Rabb yang Maha Mendengar, engkau tahu persis kapan ajal akan menjemput kami, kain kafan mana yang akan kami pakai serta liang lahat mana yang akan kami huni. Ya Allah ijinkanlah kami memanfaatkan sisa umur kami dengan benar, ampunilah kami jika selama ini kami menghianatimu seakan-akan engkau tidak ada, engkau tahu kami jarang berdo'a kepadamu dengan tulus, hanya pada waktu susah saja kami kadang-kadang ingat, padahal tidak satu saatpun engkau tidak mengurus kami. Rabb jadikanlah tiap detik ini menjadi bekal amal kami. Rabb wafatkan kami khusnul khotimah yaa kariim. Ijinkanlah lisan ini menyebut namamu jika ajal menjemput kami. Jadikanlah harta yang engkau titipkan ini benar-benar menjadi cahaya dalam kubur kami. Jadikanlah sholat-sholat kami menjadi pendamping kami. Jadikanlah amal-amal kami benar-benar menjadi amal sholeh. Rabb lindungilah kami dari mati su'ul khotimah ya Allah.

Hai Saudara-saudaraku...

Sesungguhnya orang tua kita juga akan wafat. Bagi yang sudah wafat do'akanlah, karena beliau pasti menantikan
doa kita. Bagi yang masih ada ingatlah bahwa setiap saat kita bisa berpisah, jika ajal sudah menjemputnya kita sudah tidak bisa mencium tangannya atau memberikan sekedar oleh-oleh untuknya. Kalau kain kafan sudah membungkus tubuhnya kita sudah tidak bisa lagi meminta do'anya. Apakah sisa pertemuan ini harus kita sia-siakan dengan saling
menyakiti.

Rabb ampunkanlah segala kezhaliman kami terhadap orang tua kami. Ya Allah, tuntunlah kami menjadi anak yang shalih dan shalihah. Ya Allah, jadikanlah malam ini menjadi malam yang kau ijabahi setiap do'a kami. Kau tahu segala kesulitan kami, harapan kami dan kau tahu segala yang terbaik bagi kami. Kami mohon kepadamu Ya Rabb, jangan sia-siakan yang kau bangunkan pada malam ini, kami berbuat seperti ini juga karena pertolonganmu yang telah memberi kekuatan pada kami. Ya Allah, kabulkanlah do'a kami...

Silahkan berdo'a masing-masing. Minta apa saja. Allah sedang mendengarkan kita.

Ijabah ya Allah..

AMIN YA ALLAH... AMIN YA ALLAH... YA ARHAMMARRAHIMIIN...
YA GHAFUURR RAHIIM... ALLAH... ALLAH... ALLAH... IJABAH YA ALLAH DO'A KAMI

Rabb.. kepada siapa lagi kami meminta selain kepadamu ya Allah... Senista dan sebusuk apapun kami ya Allah, kami adalah makhlukmu ya Rabb. Ya Allah inilah si lemah yang tiada arti memohon kepadamu yang Maha Gagah. Inilah si dungu yang sombong memohon kepadamu yang Maha Tahu. Inilah orang yang tidak pernah ikhlas memohon kepadamu yang Maha Tulus. Rabb berikan kelapangan bagi yang sedang ditimpa kesulitan. Rabb lindungi yang selalu teraniaya dan terancam ya Allah. Rabb tolong saudara-saudara kami yang sedang menuntut ilmu, cerdaskan akal pikirannya, berikan kemudahan untuk mengerti. Rabb berikan nafkah yang halal bagi kami. Rabb sembuhkan yang kau uji dengan penyakit lahir maupun bathin. Ya Allah jadikanlah kami ahli sholat yang khusu'. Karuniakanlah kepada kami nikmatnya baca al-Qur'an. Ya Allah karuniakanlah kepada kami ahli shoum. Ya Allah karuniakanlah kepada kami ahli tahajjud. Ya Allah karuniakanlah kepada kami ahli shadaqah yang ikhlas. Ya Allah muliakanlah akhlak kami. Karuniakanlah kepada kami hati yang ikhlas. Karuniakanlah kepada kami menjadi orang yang istiqamah. Rabb jangan biarkan kami zhalim pada hamba-hamba-Mu. Lembutkanlah hati kami yang keras ya Allah.. Sejukkanlah hati kami yang kering. Ampuni Kami yang berlumur dosa ya Allah. Ampuni kekikiran kami ya Allah, kesombongan kami, kedustaan, lirikan mata ma'siat, kezhaliman dari tubuh ini, kedholiman terhadap orang tua ataupun pada hamba-hambamu yang lemah. Jadikanlah sisa umur kami bermanfaat ya Allah. Tebalkan iman kami. Jangan biarkan kami terikat pada dunia. Jangan biarkan kami diperbudak hawa nafsu. Jadikan kami menjadi orang-orang yang selalu tergetar berdzikir kepada-Mu dan merasakan nikmat ta'at kepada-Mu.

RABBANAA AATINA FIDDUNYA HASANAH WAFIL AKHIRATII HASANAH WAQINAA ADZAABANNAAR...
Laa hawla walaa quwwata illaa billaahil 'aliyyil 'adzhim, washallallaahu 'alaa sayyidinaa Muhammadin wa 'alaa aalihi wa shohbihii ajma'iin, walhamdulillaahi robbil 'aalamiin.

Yth, pembaca sekalian, ini adalah isi dari kaset tape "MUHASABAH 2 -KH. Abdullah Gymnastiar" yg telah dituangkan dalam tulisan. Saya mohon muhasabah dan munajat "Menghitung Diri" ini untuk disebar/diteruskan lagi baik via email, komunitas facebook, posting blog, dan lain sebagainya. Terima kasih, dan semoga bermanfaat.
-Hadi Fadhlurrahman
Baca selengkapnya >>

Senin, 02 Mei 2011

Amal Tabungan / HdL-03


Bagi yang cepat dikabulkannya, barangkali sebab ia sudah punya duluan amal tabungannya, hingga kemudian Allah menganggapnya cukup amal untuk hajat yang diinginkannya.

Peserta KuliahOnline yang dirahmati Allah. 3 esai sudah Saudara-saudara semua pelajari. Ada yang barangkali berkernyit, "Koq belajarnya se-emprit se-emprit, sedikit sedikit?". Ada yang merasa sedang diburu waktu, lalu karenanya dia memilih materi Kuliah Terapan Sedekah. Dan karena pintu materi itu masih ditutup kecuali menyelesaikan Kuliah Tauhid ini dulu, mereka tidak bisa mengakses dulu Kuliah Terapan tersebut. Ada yang enjoy saja dengan cara penyajian yang seperti ini. Ga masalah. "Memang belajar itu mesti pelan-pelan", begitu kata sebagian yang setuju.

Lepas dari itu semua, saya meyakinkan diri saya, kawan-kawan Pengelola KuliahOnline, dan peserta semua, bahwasanya sungguh, jika Kuliah Tauhid ini saja diikuti, diresapi, dan dijalankan pelan-pelan, insya Allah Kuliah Tauhid ini sudah lebih dari cukup. 

Insya Allah sedang dalam proses editing audio penyerta yang berjudul: "Kenapa Harus Khawatir Padahal Ada Allah? Audio tausiyah pencerahan ini merupakan rekaman ketika saya berceramah di perusahaan Toshiba - Tambun. Saat itu ada satu unitnya yang mau ditutup, dan adik saya ada di sana. Bahagian dari salah satu karyawan yang menghadapi kemungkinan PHK. 

Karyawan-karyawannya gelisah. Lalu mereka dikumpulkan serikat pekerjanya, dikumpulkan kawan-kawan Rohis nya, untuk diadakan semacam pencerahan agar tidak gelisah, tidak khawatir dan tidak takut. Dan sebaliknya, bersemangat untuk berdoa agar Allah memberikan Petunjuk-Nya dan Pertolongan-Nya.

Alhamdulillah, saat itu saya datang. Saya memberi materi Kuliah Tauhid. kuliah Iman. Saya yakinkan diri mereka semua, bahwa rizki itu bukan di tangan manusia. Bukan sebab mereka bekerja. Bukan sebab perusahaan itu beroperasi. Tapi lebih karena Allah mengizinkan semua itu terjadi. Bagi mereka yang sudah percaya bahwa Allah yang ada di balik semua kejadian, gampang. Tinggal datang kepada Allah, mengaku salah atas setiap perbuatan yang mengakibatkan ada nikmat-nikmat-Nya yang ditarik-Nya kembali, dan memohon ampun seraya berharap ada Keajaiban Allah dalam kehidupannya. File audio tersebut saya sertakan untuk Saudara-saudara semua. Mudah-mudahan selesai dalam 2-3 hari ke depan.

Ketika nanti saudara-saudara mendengar audio tausiyah yang berjudul: "Kenapa Harus Khawatir Padahal Ada Allah?", Saudara akan mendengar pembahasan Kuliah Tauhid, Kuliah Iman. Saya berdoa semoga kita semua menjadi yakin bahwa HANYA ALLAH YANG MENGATUR SEGALA-GALANYA dan DIA BEGITU KUASA UNTUK MENGATUR YANG TERBAIK UNTUK SEGALA URUSAN KITA.

***

Para Peserta KuliahOnline yang berbahagia. Sesuai dengan janji dari ujung esai yang sebelumnya, bahwa kita akan membahas sedikit dari lanjutan kisahnya Ibu Yuyun. Yang lupa bagaimana kisahnya, lihat lagi ya kisah Bu Yuyun tersebut. Bahwa ia dalam satu malam bisa mendapatkan solusi bagi putranya yang mau masuk ke perguruan tinggi.

Buat saya, menarik sekali membahasa kisah tersebut. Kalau cerita itu saya penggal hanya di hari itu, maka kesannya memang adalah doanya Bu Yuyun DIKABUL ALLAH DALAM SEHARI SEMALAM.

Ya, sorenya Bu Yuyun menerima khabar bahwa anaknya lulus. Lalu malamnya bangun malam bersama anaknya. Kemudian besoknya Allah menurunkan pertolongan lewat seorang paman yang menanggung biaya anaknya Bu Yuyun yang tidak lain adalah ponakannya.

Terlihat sangat Kun Fayakuun ya? Satu malam jadi. Satu malam selesai.

Jawabannya, bisa ya bisa tidak.

Bisa ya, sebab kita lagi belajar nih bahwa Allah itu Begitu Kuasa. Jangankan hitungan jeda satu malam. Tanpa ada jeda pun Allah bisa. Namun bukan belajar namanya kalau kita tidak mengupas lebih jauh lagi.

Coba lihat detail cerita sebelumnya:

Bu Yuyun, sebut saja begitu, punya anak semata wayang yang ia besarkan tanpa suami. Sejak putranya ini masuk SMA kelas 1, suaminya meninggal. Dari hari ke hari ia kuatkan batinnya bahwa ia tidak sendirian dalam membesarkan anaknya. Ia bersama Allah. Allah selalu menemaninya. Ini yang ia yakini. Saban shalat ia berdoa agar diberi kemampuan membesarkan anaknya dan memiliki rizki yang cukup.

Lihat, nampak Bu Yuyun datang ke Allah, jauh-jauh hari sebelum anaknya dinyatakan lulus. Bukan baru malam itu saja ia datang ke Allah. Sekali lagi, dari jauh-jauh hari.

Kita buka lagi lembaran esai kuliah sebelumnya yang belajar dari kisah Bu Yuyun. Saya kembali menukilkan sedikit:

Bu Yuyun berdebar-debar. Ia tahu, kalau anaknya lulus, ini masalah buat dirinya. Kalau anaknya tidak lulus, pun masalah buat dirinya juga. Tentu saja ia senang dapat masalah dalam bentuk anaknya lulus. Masalahnya tentu saja apalagi kalau bukan uang kuliah anaknya. Tapi segera ia banting sesuai dengan pengalamannya selama ini. Ada Allah Yang Maha Memberi Rizki. Dan ini yang membuatnya tenang. Ia tahu bahwa Allah Maha Tahu. Kondisi ini sudah ia sampaikan ke Allah jauh-jauh hari, bahwa ia butuh biaya buat anaknya lulus. Dia yakin, Allah pasti akan memenuhi kebutuhan anaknya, dan atau memberikan yang terbaik. Ia malah bersemangat sekali untuk menambah kedekatan dirinya dengan Allah.

Dan ini yang kita perlu belajar. Bu Yuyun mendatangi Allah sejak pagi-pagi ia mendapatkan masalah. Bahkan, sebenernya, jauh sebelum ia menghadapi persoalan biaya masuk anaknya ke perguruan tinggi ini, ia sudah berangkat menuju Allah. Ya, ia berdoa dan menitipkan kejadian-kejadian rizki di masa yang akan datang, sedari awal.

Bu Yuyun juga punya tabungan yang banyak sekali. Sementara insya Allah kalau melihat kepribadian dari story singkatnya, ia kelihatannya ibu yang salehah, yang sedikit dosanya.

***

Beda Bu Yuyun, beda pula dengan kita. Kebanyakan kita, mendatangi Allah, setelah kita mendapatkan masalah. Atau ketika kita ada keperluan. Meskipun mendatangi Allah, atau mendekatkan diri kepada Allah lewat pintu ini -pintu masalah dan hajat- adalah diperbolehkan (bahkan dianjurkan), namun sering membuat tauhid orang suka rusak.

Rusak bagaimana? Andai Allah tidak segera mengabulkan, maka ia akan putus asa. Ia cenderung marah-marah, dan bahkan tidak sedikit menyalahkan orang yang menasihatinya.

Saya sering juga "disesali" orang. Ketika saya suruh seseorang bersedekah, lalu ia bersedekah di pertemuan pertama, dan ia tidak mendapati pertolongan Allah segera datang kepadanya, saat itulah tidak sedikit saya kemudian "disesali" oleh orang tersebut. Bahkan tidak jarang saya "diadili" dan "dipergunjingkan". Padahal andai ia terusin ngajinya, ia lengkapi lagi pengetahuannya, dan ia sabarkan dirinya, insya Allah sedekahnya akan bekerja, ibadahnya akan bekerja.

Dengan belajar esai-esai Kuliah Tauhid, saya kepengen kita semua bergerak menuju Allah. Tidak ada yang pernah terlambat mendatangi Allah, hingga ia meninggal dunia. Sedang, meskipun sudah meninggal dunia, Allah masih berbaik-baik sama kita, dengan terus menyuburkan amal kebaikan kita ketika di dunia hingga saatnya nanti kita dihadapkan dengan Hari Hisab.

Sampe ketemu di esai berikutnya. Kita berdoa untuk diri kita, keluarga kita, dan bangsa kita, agar hanya Allah saja yang menjadi Tuhan kita. Jangan ada yang lain. Dan agar kita menjadi hamba-Nya yang baik, yang ringan mengerjakan amal saleh, berilmu dan bagus keyakinan dan imannya kepada Allah.

Materi kuliah ini didownload dari : www.wisatahati.com



Baca selengkapnya >>

Jumat, 29 April 2011

Lemparan Batu Kecil


Seorang pekerja pada proyek bangunan memanjat ke atas tembok yang sangat tinggi. Pada suatu saat ia harus menyampaikan pesan penting kepada teman kerjanya yang ada di bawahnya. Lalu pekerja itu berteriak-teriak, tetapi temannya tidak bisa mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja, sehingga usahanya sia-sia saja.

Oleh karena itu untuk menarik perhatian orang yang ada di bawahnya, ia mencoba melemparkan uang logam di depan temannya. Seketika temannya berhenti bekerja, lalu mengambil uang itu, dan setelah itu bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi, akan tetapi usahanya yang kedua pun mendapatkan hasil yang sama.

Tiba-tiba ia mendapatkan ide, Ia mengambil batu kecil lalu melemparkannya ke arah temannya tadi. Dan batu itu tepat mengenai kepala temannya, dan karena merasa sakit, sekarang temannya menengadah ke atas. Dan pekerja itu dapat menjatuhkan catatan yang berisi pesannya tadi.

Sahabatku, Allah kadang menciptakan cobaan-cobaan ringan untuk membuat kita menengadah kepada-Nya. Karena seringkali Allah melimpahi kita dengan nikmat-Nya, akan tetapi itu tidak cukup untuk membuat kita menengadah kepada-Nya.

Maka janganlah bersedih ketika banyak ujian dan cobaan dalam kehidupan kita, karena yang seharusnya kita sedihkan adalah ketika kita tanpa sadar bahwa kita jarang menengadah kepada-Nya.

Oleh karena itu, agar kita selalu ingat akan Dia, Allah menjatuhkan "batu kecil" kepada kita. Akan tetapi sayang, banyak orang yang tidak sadar akan maksud lemparan itu, bahkan kita sering kali marah kepada yang melempar batu kecil tersebut.

Baca selengkapnya >>

Kamis, 14 April 2011

Pengharapan

Aku pangkas khayalan dan segenap upaya
Ku bentang ridha atas secuil harta
Ku sanjung qana'ah dalam jiwa
Saat kuda-kuda para saudagar kaya mendahului keledaiku
Ku katakan pada diriku sendiri
"Aku lebih suka selamat dari pada nafsu dan kerendahan duniawi"
Walau rasa cinta kepada kekayaan duniawi memenuhi lubuk hati
Tapi seruan zuhud menjadi alasan untuk membunuh segala ambisi
Kalau saja aku punya kain tutup kepala yang bagus
Tentu aku tak suka dengan penutup kepala yang sempit
Tapi orang yang membungkus perbuatannya dengan keikhlasan
Tak akan menari karena rebabku yang berbunyi karena tabuhan
Keberhasilan adalah ukuran derajat kemuliaan
Dan ukuran kaya adalah ketika tak lagi butuh pujian
Dengan kekayaan, para maling berbaju seperti orang takwa
Kekayaan pula yg melindungi kejahatan mereka dan hukuman
Mereka semua berebut kemuliaan yang menyilaukan
Ingin terus dikenang karena selalu diceritakan
Kekayaan adalah ukuran kehidupan,
Alat tukar yang bisa membeli kebebasan,
Serta picu senapan pembungkus kebenaran
Inilah kisah yang dimainkan dengan kepalsuan
Jika kau tanya pada orang-orang tentang diriku
Kau hanya akan temukan omong kosong tak bermakna seperti bisu
Ada yang berbentuk syai atau prosa mempesona
Cacian atau ungkapan simpati perasaan
Aib ilmu adalah kesombongan
Karenanya, tak jarang orang buta mengalahkan ilmuwan
Ku lihat kekayaan dalam kehinaan adalah kenaifan
Lalu ku pilih hidup tanpa keluhan
Aku adalah orang tercela
Kalau saja aku ikuti cara mereka
Tentu ku penuhi troliku dengan emas tanpa sisa
Perjuangan hidup sufistik telah diabadikan umat manusia
Karena itu mereka hidup sebagai orang-orang hina
Aku tetap berjalan di bawah terik
Saat orang-orang tengah mengemudi Cadilac
Tubuh basah penuh keringat dan mengendus seperti binatang
Karena pendapatanku tak seberapa
Orang-orang menertawakan berbagai pekerjaan tak jelas
Aku juga tak suka dan enggan berkata
"Roda kehidupan, berputarlah!"
Dulu mulutku berbicara tanpa kendali
Tapi setelah ditahan, ia menjadi terkunci

-Ku tulis ini dg luapan air mata. Teringat kejadian di awal thn 2009. Demi azam utk menuntut ilmu di bangku kuliah. Aku nekat hanya berbekal biaya pendaftaran & ongkos pergi, sepulangny mau ga mau harus berjalan kaki kurang lebih 30 km panjangny. Kondisi saat itu aku hanyalah kernet kuli bangunan yg penghasilanny tak seberapa, & seorg ikhwan yg patah hati krn slalu diacuhkn oleh akhwat yg dicintainy. 4 jam lamany perjalanan ku tempuh. Beban & rasa letihku setelah perjalanan sentak hilang & terbayarkn bgtu saja saat sesampainy di rumah. Ya, aku pulang disambut dg senyum ibuku & 4 gelas es teh ukuran besar. Tak hnya itu. Hatiku tersentuh saat sentuhan tangan yg kecil adik perempuan bungsuku (8 thn), mendekati kakiku & ia memijatny. Yg membuatku sedikit terhibur adalah, teman yg memang saat itu menunggu kepulanganku (ingin bertamu), mengetahui kondisiku dia mengumpat perhatian dg perkataan, "GILA LUH!" Hahaha, sontak kita berdua pun tertawa. Subhanallah, wal hamdulillah. Semoga bermanfaat.


Baca selengkapnya >>
Selemah-lemah manusia ialah orang yang tak mau mencari sahabat, dan orang yang lebih lemah dari itu ialah orang yang menyia-nyiakan sahabat yang telah dicari. -Imam Ali bin Abi Thalib
My Great Web page